"Warga Australia jangan menghadiri aksi unjuk rasa terhadap kematian George Floyd karena risiko penyebaran virus corona," ujar Perdana Menteri Scott Morrison pada Jumat.
Aksi unjuk rasa sebagai respons kematian George Floyd dan bentuk dukungan terhadap suku pribumi Australia akan digelar akhir pekan ini di kota-kota terbesar negara itu.
Penyelenggara demonstrasi mengharapkan ribuan orang akan hadir dalam aksi unjuk rasa itu.
Sementara itu, ratusan orang berunjuk rasa di London dan Berlin pada Minggu (31/5) sebagai bentuk aksi solidaritas atas kematian George Floyd
Para pengunjuk rasa berlutut di Alun-alun Trafalgar, di pusat Kota London, dengan meneriakkan "Tidak ada keadilan, tidak ada perdamaian". Mereka lantas bergerak melewati Gedung Parlemen dan mengakhiri aksinya di depan Kedutaan Besar Amerika Serikat.
Polisi metropolitan menyebutkan mereka mengamankan lima orang di depan Kedubes AS, tiga di antaranya melanggar aturan pembatasan COVID-19 dan dua lainnya karena menyerang polisi.
Ratusan pengunjuk rasa juga mengelar aksi di depan Kedutaan Besar AS di Berlin, membawa poster bertuliskan "Keadilan untuk George Floyd", "Berhenti membunuh kami" dan "Siapa lagi berikutnya."
Kematian George Floyd yang terjadi usai penangkapannya pada Senin menuai gelombang protes di AS, melepaskan amarah yang terpendam atas bias rasial dalam sistem peradilan kriminal AS.
Sejumlah unjuk rasa berubah menjadi brutal saat para demonstran memblokir lalu lintas, membakar ban dan bentrok dengan polisi antihuru-hara, yang beberapa di antaranya menembakkan gas air mata dan peluru karet dalam upaya membuat situasi kembali kondusif.
Sumber : Reuters
Baca juga: Gubernur New York minta demonstran jalani tes COVID-19
Baca juga: Menhan AS tolak rencana pengerahan militer untuk akhiri unjuk rasa
Baca juga: PM Selandia Baru mengaku 'ngeri' dengan kematian George Floyd
Unjuk rasa di Dataran Merdeka Kuala Lumpur
Pewarta: Azis Kurmala
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2020