Sutradara Joko Anwar menginginkan adanya sebuah badan khusus yang menangani film di Indonesia.Kalau di Indonesia ganti-ganti terus yang memegang industri kreatif, saya bingung...
"Badan film di Indonesia ganti-ganti mulu. Saya juga bingung. Kenapa enggak ada satu badan yang menangani film khusus sehingga masukan enggak kebuang," kata Joko Anwar dalam diskusi virtual memajukan perfilman Indonesia bersama PFN dan KJRI LA, Jumat.
Selama 15 tahun berkarir di dunia perfilman, Joko Anwar sering berdiskusi dengan pemerintah mengenai upaya untuk memajukan industri perfilman Indonesia. Namun hal itu terbentur karena badan yang mengurus perfilman berganti-ganti sehingga berdampak pada kebijakan yang diambil.
Joko Anwar pun berharap akan ada badan yang benar-benar mengurus perfilman di Indonesia. Badan tersebut diharapkan tidak berganti-ganti sehingga bisa fokus dalam menjalankan tugasnya.
"Kalau di Indonesia ganti-ganti terus yang memegang industri kreatif, saya bingung bagaimana mereka bisa paham," kata sutradara "Perempuan Tanah Jahanam" itu.
Dalam diskusi yang membahas poin utama mengenai pengembangan kerjasama antara sineas lokal dengan industri perfilman internasional seperti Hollywood, Joko Anwar juga menyebut bahwa istilah "menembus Hollywood" sebagai sesuatu yang abstrak saat ini.
"Menembus Hollywood itu sesuatu yang abstrak enggak ada artinya. Film maker manapun enggak hanya di Indonesia kita akan berkembang karyanya dikenal luas karena individualnya unggul," jelasnya.
Menurut dia, menembus Hollywood jangan dijadikan tujuan akhir bagi para sineas ketika membuat sebuah film.
"Hollywood bukan tujuan. Selama ini kita berpikir kalau tembus Hollywood, bisa masuk Amerika itu tujuan terakhir. Itu bukan jadi target film maker untuk buat film," kata dia.
"Film kita bisa tayang di luar negeri it's good karena bisa tambah market. Kalau kita bisa kerja di luar negeri it's good karena kita sebagai film maker bisa mempunyai kemampuan yang sama dengan sineas luar negeri," imbuhnya.
Pewarta: Yogi Rachman
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2020