Wakil Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Alue Dohong mengatakan adaptasi menjadi solusi persoalan banjir rob di sepanjang pantai utara (pantura) Jawa yang semakin mengkhawatirkan.
“Dampak perubahan iklim, ditambah periode hujan tinggi, aspek lainnya, sehingga menyebabkan banjir rob semakin tinggi. Solusinya adaptasi, agak panjang memang prosesnya, tapi itu pilihannya selain mitigasi,” kata Alue di Jakarta, Sabtu.
Ia mengatakan solusi adaptasi untuk daerah pantai yang rawan rob harus ada rekayasa pada bagian buffer zone. “Teknis strukturnya, seperti tanggul laut, tapi itu jelas mahal,” katanya.
Sementara teknis adaptasi biologisnya, Alue mengatakan penanaman mangrove sebagai buffer zone untuk menghadang pasang surut air laut.
Untuk teknis adaptasi sosialnya, menurut dia, merelokasi masyarakat di daerah rawan banjir rob tersebut. Selanjutnya lokasi yang ditinggalkan tersebut ditanami mangrove atau dibangun tanggul laut.
Hanya saja, untuk melakukan tiga hal tersebut, Alue mengatakan perlu dilakukan pemetaan secara detail guna mendapatkan peta kerentanan banjir rob sehingga diketahui daerah mana saja yang sangat rentan terkena banjir rob dan yang dalam hitungan dekade berpotensi menghadapi bencana yang sama.
“Adaptasi tercepat ya bangunannya yang ditinggikan. Ya ini faktanya yang terjadi untuk adaptasi perubahan iklim, mahal, tapi mau tidak mau harus dilakukan,” ujar dia.
Menurut dia, pemikiran pemerintah tentu tidak hanya mengupayakan mitigasi saja dalam menghadapi perubahan iklim, adaptasi juga dipikirkan.
Opsi menanam mangrove untuk mengatasi banjir rob di pantura, sekaligus menyerap emisi gas rumah kaca (GRK), kata dia, bisa saja dilakukan dengan dana iklim dari result base payment (RBP) Letter of Intent (LOI) Indonesia-Norwegia.
Baca juga: Peneliti: Banjir rob di utara Jawa bukan akibat gerhana bulan
Plt Deputi Bidang Meteorologi BMKG Herizal mengatakan potensi rob atau banjir pesisir akibat pasang air laut berlangsung pada awal Juni, khususnya di perairan utara Jawa, disebabkan periode bulan purnama yang juga mengakibatkan kondisi pasang cukup tinggi di beberapa wilayah Indonesia.
Baca juga: Waspadai gelombang tinggi dan banjir rob di perairan utara Jawa
BMKG memprakirakan potensi rob perlu diwaspadai hingga 6 Juni mengingat kondisi spring tide dan anomali tinggi muka laut positif sehingga mengakibatkan tinggi muka air laut akan lebih tinggi daripada kondisi normal. Angin yang berembus persisten dengan kecepatan hingga 25 knot (46 km/jam) yang dapat menyebabkan tinggi gelombang di Laut Jawa mencapai 2,5 meter hingga 4,0 meter juga menjadi faktor lain penyebab rob.
Baca juga: Potensi rob masih terjadi di perairan utara Jawa
Masyarakat, terutama yang mata pencaharian dan beraktivitas di pesisir atau pelabuhan, diharapkan meningkatkan kewaspadaan dan upaya mitigasi terhadap potensi bencana rob, terutama untuk daerah-daerah pantai berelevasi rendah, seperti pesisir utara Jakarta, Pekalongan, Cirebon dan Semarang.
Pewarta: Virna P Setyorini
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2020