Informasi yang dihimpun di lokasi kejadian, awalnya bocah ini terlihat main-main air sambil duduk di jembatan kayu dengan menggerak-gerakkan kakinya sekira pukul 06.00 Wita.
Saat itu, cuaca sedang hujan sehingga tak ada warga yang lalu lalang seperti biasanya. Tak lama kemudian, tidak tampak lagi bocah bernama Fajar di jembatan kayu tersebut.
"Kejadiannya sekira pukul 06.00 Wita lewat sedikit. Sebelumnya warga lihat itu anak duduk-duduk di pinggir jembatan kayu sambil gerak-gerakkan kaki di air," ujar Baharuddin, tetangga rumah korban di Pangkalan Haji Muhtar RT 11 Kelurahan Nunukan Timur, Minggu.
Fajar, menurut Baharuddin, setiap hari dilihatnya berlari-lari di jembatan depan rumahnya itu.
Baca juga: Cari nenek tenggelam di Aceh Tamiang, Basarnas kerahkan personel
Baca juga: 7 korban kapal tenggelam di Perairan Wakatobi ditemukan selamat
Baca juga: SAR temukan dua nelayan kapal tenggelam di Wakatobi, lima hilang
Namun pada pagi yang naas itu, air sungai sedang pasang sehingga naik hingga jembatan kayu itu, katanya.
Buah hati satu-satunya pasangan Mustaking dan Saidah ini, ditemukan mayatnya sekitar 100 meter dari tempat tenggelamnya, tepat di bawah rumah salah satu warga yang tinggal di permukiman di atas laut itu.
Baharuddin yang turut melakukan pencairan bersama warga lainnya, mengatakan, pada saat ditemukan sekira pukul 08.40 Wita, kaki Fajar sudah berada di permukaan air.
Informasi yang diperoleh dari tetangganya, ayah Fajar yang sehari-hari memukat rumput laut dikabarkan akan memboyong pulang keluarganya ke kampung halamannya di Sulawesi Selatan pada Rabu (10/6).
"Sebenarnya orang tuanya ini sudah kemas-kemas barang mau pulang ke kampungnya hari Rabu depan. Sisa tunggu kapal saja ke Parepare (Sulsel)," tutur warga lainnya yang melayat di rumah duka.
Korban dimakamkan setelah sholat Dhuhur.
Pantauan di rumah duka, ibu dari bocah ini tampak lemas di samping jenazah anaknya yang sedang dipangku oleh ayahnya.
Pewarta: Rusman
Editor: M Arief Iskandar
Copyright © ANTARA 2020