Serangan udara dari pesawat nirawak (drone) pada 3 Januari 2020 menyebabkan Soleimani tewas. Ia merupakan pimpinan Pasukan Quds, Garda Revolusi Iran.
Washington menuduh Soleimani terlibat sebagai dalang beberapa serangan yang dilakukan organisasi garis keras terhadap tentara AS di kawasan Timur Tengah.
"Mahmoud Mousavi-Majd, merupakan salah satu mata-mata untuk CIA dan Mossad. Ia telah divonis mati. Ia memberikan informasi mengenai keberadaan martir Soleimani ke musuh-musuh kami," kata juru bicara pengadilan Iran, Gholamhossein Esmaili saat jumpa pers, sebagaimana disiarkan stasiun televisi.
Baca juga: Jaksa Agung AS: Trump berwenang perintahkan Soleimani dibunuh
Baca juga: Trump jadikan pembunuhan Soleimani sebagai tema kampanye
Pejabat setempat tidak menjelaskan apakah kasus Mousavi-Majd terkait dengan pengumuman pemerintah saat musim panas yang menyebutkan aparat telah menangkap 17 mata-mata yang bekerja untuk CIA.
Beberapa dari mereka divonis hukuman mati.
Terbunuhnya Soleimani menyebabkan ketegangan antara Iran dan AS memuncak. Iran membalas insiden itu dengan menembakkan roket ke markas pertahanan AS di Irak.
Beberapa jam setelahnya, tentara Iran yang tengah siaga tinggi, melepas tembakan yang keliru sehingga membuat sebuah pesawat asal Ukraina jatuh. Pesawat itu jatuh setelah lepas landas dari Teheran, Iran.
Sumber: Reuters
Baca juga: "Wag the Dog" dan preseden berbahaya ciptaan Donald Trump
Baca juga: 50 tentara AS gegar otak akut pascaserangan Iran
Baca juga: 11 tentara AS cedera dalam serangan rudal Iran 8 Januari
Pewarta: Genta Tenri Mawangi
Editor: Yuni Arisandy Sinaga
Copyright © ANTARA 2020