Derbi Sevillano antara Sevilla kontra Real Betis di Stadion Ramon Sanchez Pizjuan bakal menandai kembalinya Liga Spanyol, menyusul Bundesliga Jerman yang sudah lebih dulu bermain dan kini di ambang garis finis.
Javier Tebas, Presiden La Liga selaku operator kompetisi sepak bola di Spanyol, membubuhkan tajuk "satu pertandingan untuk semua Spanyol" bagi laga Sevilla kontra Betis tersebut.
Baca juga: Restart La Liga, apa aja sih yang dipertaruhkan?
Berikut adalah ringkasan dan hal-hal yang bisa Anda harapkan dari kelanjutan Liga Spanyol musim 2019/20:
Persaingan klasik berebut juara
Dalam 10 pekan pertama sejumlah tim seperti Athletic Bilbao, Granada dan Sevilla sempat bergantian menduduki posisi puncak klasemen.
Namun, memasuki akhir Oktober perebutan posisi puncak klasemen La Liga Spanyol kembali diwarnai kisah persaingan klasik antara dua seteru abadi Negeri Matador, Barcelona dan Real Madrid.
Real Madrid memenangi edisi kedua El Clasico musim ini dengan skor 2-0 pada 2 Maret 2020 untuk memimpin klasemen dengan koleksi 56 poin, unggul satu poin dari Barcelona.
Akan tetapi, sepekan berikutnya mereka terpeleset dan kalah di kandang Real Betis, sementara Barcelona menang lawan Real Sociedad di Camp Nou. Barcelona memimpin klasemen dengan 58 poin, unggul dua poin di atas Real Madrid, sebelum kompetisi tertangguhkan karena pandemi.
Pun demikian, jika dalam perjalanan musim ini kedua tim berakhir dengan koleksi poin yang sama, Real Madrid punya keunggulan dalam catatan head to head atas sang juara bertahan untuk penentuan urutan klasemen nantinya.
Baca juga: La Liga rilis jadwal restart, Barca 13 Juni, Real 14 Juni
Kedua tim jelas sama-sama masih punya kesempatan besar untuk menjadi juara di pengujung musim. Di antara 11 pertandingan sisa, Barcelona dua kali bertemu tim-tim pesaing empat besar yakni Sevilla dan Atletico Madrid, sedangkan Real Madrid bakal menghadapi Valencia, Real Sociedad dan Getafe.
Bukan tidak mungkin persaingan gelar juara harus ditentukan hingga pekan pemungkas musim 2019/20 yang dijadwalkan berlangsung pada akhir pekan 18-20 Juli.
Sebelum itu semua, tentu saja Barcelona dan Real Madrid harus mengawali kelanjutan musim dengan sempurna. Barcelona bertandang ke markas Mallorca pada Sabtu (13/6) waktu setempat, disusul Real Madrid menjamu Eibar sehari berselang.
Padat merayap menuju empat besar
Selain perebutan gelar juara, persaingan empat besar klasemen untuk meraih tiket Liga Champions musim depan juga masih berlangsung ketat.
Sevilla boleh dibilang berada di tempat terdepan, saat ini menempati posisi ketiga klasemen dengan koleksi 47 poin.
Baca juga: Sevilla sabar menunggu Rakitic sampai tamat musim ini
Namun, situasi padat merayap bahkan Atheltic Bilbao yang berada di posisi ke-10 klasemen juga hanya terpaut 10 poin dari mereka.
Secara keseluruhan komposisi urutan ketiga hingga ke-10 berisikan Sevilla (47), Real Sociedad (46), Getafe (46), Atletico Madrid (45), Valencia (42), Villarreal (38), Granada (38) dan Bilbao (37).
Di antara 11 pekan pertandingan sisa, masih ada 17 pertemuan antara tim-tim yang masih bersaing memperebutkan empat besar klasemen.
Bahkan di pekan pemungkas Sevilla akan menjamu Valencia, Bilbao bertandang ke markas Granada dan Atletico menghadapi Sociedad di Wanda Metropolitano yang bukan tidak mungkin masih bakal memainkan peran dalam perebutan tiket ke Liga Champions.
El Pichichi ketujuh Messi?
Di departemen top skor La Liga musim ini, Lionel Messi masih memimpin secara dominan.
Kendati sempat melewatkan beberapa pekan awal musim karena cedera yang dideritanya, Messi melenggang mulus mencetak 19 gol dalam 22 penampilan.
Baca juga: Sempat dikabarkan cedera, Messi siap diturunkan lawan Real Mallorca
Rasio 0,86 pertandingan per gol itu unggul jauh dibandingkan Karim Benzema yang mencetak 14 gol dalam 26 penampilan alias rasio 0,54 pertandingan per gol.
Sebelum musim tertangguhkan, Messi tak tampak melihatkan tanda-tanda penurunan performa dan jika itu bertahan maka ia bakal menggondol trofi El Pichichi ketujuhnya.
Tentunya trofi El Pichichi itu hanya akan menjadi manis jika Barcelona berhasil mempertahankan gelar juara La Liga.
Ironi Espanyol
Tak seperti rival sekotanya yang bersaing memperebutkan gelar juara, kisah Espanyol di Liga Spanyol musim ini bak sebuah ironi.
Setelah musim lalu finis di urutan ketujuh dan memperoleh tiket fase kualifikasi Liga Europa, Espanyol harus kehilangan entrenador-nya, Rubi, yang dibajak oleh Real Betis. Espanyol menunjuk David Gallego sebagai penggantinya.
Delapan pekan Liga Spanyol berjalan Gallego dipecat setelah Espanyol terpuruk di urutan ke-19 hanya dengan satu kemenangan dan kiprah mereka di Liga Europa hanya berhenti di babak playoff.
Baca juga: Dipermalukan Leganes 2-0, pelatih Espanyol dipecat
Penggantinya Pablo Machin juga tak bernasib lebih baik, hanya menambah satu kemenangan tapi membuat Espanyol terpuruk ke dasar klasemen dengan 10 poin, ia dipecat pada 23 Desember 2019.
Espanyol lantas menunjuk Abelardo Fernandez sebagai entrenador baru. Kendati tak beranjak dari posisi juru kunci ketika liga ditangguhkan karena pandemi, dalam sembilan pertandingan yang dipimpinnya Abelardo bisa menghasilkan jumlah poin yang setara dari total raihan Gallego dan Machin dalam 18 pertandingan.
Di atas kertas, Espanyol hanya butuh melunasi defisit tujuh poin untuk mengamankan diri dari degradasi ke Divisi Segunda.
Hanya saja, dari sisa 11 pertandingan yang dimiliki Espanyol masih harus bertemu dua pesaing gelar juara Barcelona dan Real Madrid.
Ditambah lagi Espanyol juga harus menghadapi sejumlah tim-tim yang tengah naik daun performanya seperti Getafe, Valencia dan Real Sociedad.
Kemungkinan terburuk Espanyol harus kembali terdegradasi setelah terakhir kali pada musim 1992/93 silam.
Baca juga: Osasuna buat Espanyol kian terpatri di dasar klasemen
Pewarta: Gilang Galiartha
Editor: Bayu Kuncahyo
Copyright © ANTARA 2020