Jelang kelanjutan PGA Tour pada pekan ini di Fort Worth, Texas, Amerika Serikat, sejumlah pegolf memanfaatkan waktu yang tersisa untuk menyerukan pesan-pesan persatuan termasuk keadilan sosial di tengah maraknya aksi protes melawan rasisme.
Kematian pria Afrika-Amerika berusia 46 tahun bernama George Floyd setelah ditekan lehernya oleh seorang polisi kulit putih di Minneapolis, Amerika Serikat pada 25 Mei 2020 lalu telah memicu gelombang aksi protes di seluruh dunia.
Pegolf peringkat dua dunia asal Spanyol Jon Rahm secara terang-terangan mendukung gerakan Black Lives Matter.
Baca juga: Michael Jordan donasikan Rp1,4 triliun demi kesetaraan rasial
“Saya tidak pernah diperlakukan secara rasis karena warna kulit saya, tapi saya tahu rasanya jika diperlakukan seperti itu, dan rasanya tidak enak,” kata Rahm dikutip dari Reuters, Rabu.
“Saya tidak mengerti kenapa seseorang bisa diperlakukan secara tidak adil hanya karena perbedaan warna kulit. Kita semua sama. Sama-sama manusia. Seharusnya kita bisa memperlakukan satu sama lain dengan adil,” ujar Rahm.
Baca juga: Woods nilai perlakuan terhadap Floyd sudah lampaui batas
Sementara itu, penyelenggara PGA Tour berencana menggelar momen hening di setiap pertandingan setiap pukul 8.46 pagi. Delapan menit 46 detik adalah lamanya leher Floyd ditekan oleh polisi hingga akhirnya tewas.
Di sisi lain, pegolf kulit hitam peringkat 124 dunia Harold Varner III sempat mengadakan pembicaraan dengan Komisaris Jay Monahan pada pekan lalu.
Dari pembicaraan tersebut, Varner mengungkapkan bahwa PGA Tour akan terus mendukung perjuangan melawan rasisme.
“Kita punya hak bersuara. Kalau PGA Tour mengabaikannya, mereka pasti akan dikecam setiap hari. Mungkin mereka tertekan, tapi saya rasa ini merupakan tindakan yang tepat. Saya yakin Jay menyadarinya,” ungkap Varner.
Baca juga: PGA Tour siapkan mobil laboratorium tes COVID-19 di lokasi turnamen
Baca juga: Tur golf Eropa akan dilanjutkan pada 22 Juli
Pewarta: Rr. Cornea Khairany
Editor: Irwan Suhirwandi
Copyright © ANTARA 2020