• Beranda
  • Berita
  • 56 hari tanpa kasus COVID-19, Vietnam pacu perekonomian lewat insentif

56 hari tanpa kasus COVID-19, Vietnam pacu perekonomian lewat insentif

11 Juni 2020 19:08 WIB
56 hari tanpa kasus COVID-19, Vietnam pacu perekonomian lewat insentif
Tangkapan layar Duta Besar Republik Indonesia untuk Vietnam Ibnu Hadi saat menyampaikan paparan pada diskusi bertajuk "Pemulihan Ekonomi Indonesia Pasca COVID-19: Manfaat bagi Dunia Usaha Indonesia" yang digelar oleh KBRI Hanoi lewat aplikasi Zoom, Kamis (11/6/2020). (ANTARA/Genta Tenri Mawangi)

Vietnam setelah COVID-19 fokus pada pemulihan bisnis, mendorong ekspor, dan menarik PMA (penanaman modal asing). Vietnam lebih agresif dan lebih dulu melakukan ini daripada emerging economies lainnya karena mereka sukses menangani COVID-19

Vietnam pada Kamis mencatat tidak ada kasus baru COVID-19 dari dalam negeri selama 56 hari berturut-turut sehingga pemerintah setempat mulai memacu kerja ekonomi dengan menyalurkan sejumlah insentif dan subsidi kepada pelaku usaha.

Informasi itu diperoleh dari Duta Besar Republik Indonesia untuk Vietnam, Ibnu Hadi, saat sesi seminar mengenai pemulihan ekonomi setelah pandemi, yang diadakan oleh Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Hanoi, lewat dunia maya.

"Beberapa kebijakan yang dikeluarkan Pemerintah Vietnam, antara lain, surat edaran dari Perdana Menteri (Nguyen Xuan Phuc) yang memerintahkan otoritas terkait membantu sektor produksi dan bisnis, memastikan jaminan sosial selama pandemi. Ini dibarengi dengan resolution decree (instruksi, red) terkait fleksibilitas pembayaran pajak dan sewa tanah," terang Dubes Ibnu.

Di samping itu, Pemerintah Vietnam juga membebaskan beberapa pungutan pajak untuk pelaku usaha rumah tangga, pengurangan 50 persen biaya pendaftaran (register fee) untuk kendaraan yang dirakit atau diproduksi di dalam negeri, perpanjangan pembayaran pajak ekspor dan pajak penghasilan pribadi sampai 31 Desember 2020.

Baca juga: Penonton penuhi stadion saat Liga Vietnam dimulai lagi
Baca juga: Vietnam akan impor 20.000 babi dari Thailand setelah terdampak ASF


Kemudahan lainnya yang diberikan Pemerintah Vietnam, antara lain, pengurangan pajak pendapatan perusahaan sampai 50 persen, penangguhan pembayaran premi asuransi. Sementara untuk sektor pariwisata, Vietnam berusaha meningkatkan kunjungan dalam negeri dengan menurunkan biaya akomodasi dan tiket pesawat sampai 50 persen.

Menurut Dubes Ibnu, langkah itu dilakukan demi meningkatkan nilai ekspor serta investasi asing di Vietnam.

"Vietnam setelah COVID-19 fokus pada pemulihan bisnis, mendorong ekspor, dan menarik PMA (penanaman modal asing). Vietnam lebih agresif dan lebih dulu melakukan ini daripada emerging economies lainnya karena mereka sukses menangani COVID-19," terang Dubes Ibnu.

Dalam kesempatan sama, Diep Hoai Nam, seorang pengacara asal Vietnam sebagai salah satu narasumber, menyampaikan insentif yang diberikan pemerintah mencakup sektor pertanahan, keringanan pajak dan biaya, asuransi, perbankan, listrik, pasar modal, industri, pariwisata, penerbangan, industri manufaktur dalam negeri, dan olahraga.

Beberapa lembaga yang berhak menerima bantuan itu, di antaranya lembaga penyalur kredit, pelaku usaha kecil dan menengah, serta perusahaan bidang pertanian, kehutanan, dan maritim; konstruksi dan properti; produsen kendaraan, garmen, tekstil, kulit, dan sektor penting lainnya; pariwisata; transportasi; hiburan; olahraga; dan pendidikan.

Tidak hanya itu, Pemerintah Vietnam juga menunda pungutan dana pensiun dan asuransi jiwa sampai Juni 2020, demi meringankan beban masyarakat terdampak pandemi COVID-19.

Sejak kasus pertama ditemukan pada 23 Januari sampai hari ini (11/6), hanya 332 orang positif tertular COVID-19 di Vietnam dan pemerintah setempat belum melaporkan adanya korban jiwa. Bahkan sampai hari ini, Pemerintah Vietnam tidak lagi melaporkan adanya kasus penularan lokal selama 56 hari berturut-turut.

Vietnam sempat memberlakukan pembatasan ketat secara menyeluruh pada 1-22 April dengan menutup sebagian besar sektor usaha, sekolah, fasilitas umum, melarang perkumpulan massa lebih dari 10 orang, menutup perbatasan, dan menghentikan layanan penerbangan.

Namun, pemerintah setempat pada 23 April mulai melonggarkan sejumlah aturan pembatasan. Beberapa minggu setelahnya sampai hari ini, sekolah dan sebagian besar fasilitas umum telah dibuka, kegiatan masyarakat, aktivitas perekonomian, termasuk penerbangan domestik, kembali beroperasi.

Bahkan pada 9 Juni, PM Phuc berencana mengaktifkan kembali layanan penerbangan internasional ke negara-negara yang tidak lagi melaporkan kasus penularan baru selama 30 hari.

Menurut Dubes Ibnu, Pemerintah Vietnam berhasil mengendalikan wabah COVID-19 berkat penanggulangan yang cepat dan menyeluruh, serta alur birokrasi yang terpusat. "Saya bukan ahli kesehatan, tetapi yang saya perhatikan, mereka bekerja sama erat sekali dengan WHO (Organisasi Kesehatan Dunia, red) dan kedua faktor keberuntungan atau luck karena ada perusahaan Vietnam yang bisa memproduksi PCR (polymerase chain reaction) test kit," ujar dia menambahkan.

Alat tes PCR merupakan perangkat penting yang membantu mendeteksi virus corona jenis baru (SARS-CoV-2), penyebab COVID-19.

Baca juga: Vietnam masuk normal baru, Indonesia diharapkan tangkap peluang bisnis
Baca juga: Vietnam berencana membuka penerbangan ke negara bebas COVID-19

 

Pewarta: Genta Tenri Mawangi
Editor: Mulyo Sunyoto
Copyright © ANTARA 2020