• Beranda
  • Berita
  • BBTMC-BPPT terapkan modifikasi cuaca di Batam atasi krisis air

BBTMC-BPPT terapkan modifikasi cuaca di Batam atasi krisis air

11 Juni 2020 19:42 WIB
BBTMC-BPPT terapkan modifikasi cuaca di Batam atasi krisis air
Tim BBTMC-BPPT (Dok BPPT)

Ini pertama kalinya TMC diterapkan di Batam

Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca (BBTMC-BPPT) menerapkan teknologi modifikasi cuaca (TMC) di Kota Batam Kepulauan Riau, untuk mengisi cadangan air Waduk Duriangkang yang menopang kebutuhan air baku pulau utama.

"Ini pertama kalinya TMC diterapkan di Batam, " kata Kepala Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca (BBTMC-BPPT) Tri Handoko Seto dalam siaran pers, Kamis.

Ia menyatakan Badan Pengusahaan Batam yang meminta layanan jasa TMC di Pulau Batam yang langsung direspon dengan melakukan survei pada pertengahan Maret 2020. Hasilnya diputuskan dilaksanakan operasi TMC yang dimulai Kamis ini.

Baca juga: ATB: Batam terancam krisis air

Tim TMC BPPT memulai sorti penerbangan penyemaian sekitar pukul 10.15 WIB menggunakan pesawat Piper Cheyenne PK TMC.

Hanya membutuhkan kurang dari 1 jam, terjadi hujan disertai petir di area Posko TMC-BPPT dan di wilayah Waduk Duriangkang dan wilayah Batu Ampar di sebelah utara Pulau Batam.

Koordinator Lapangan TMC-BPPT Posko Batam Budi Harsoyo mengatakan pihaknya menggunakan flare karena izin terbang pesawat hanya diperbolehkan di bawah ketinggian 6.000 kaki.

Baca juga: Pengelola putus sambungan air bersih ilegal di Batam

"Area terbang di sekitar wilayah target, sebagian masuk wilayah penerbangan Singapura. Secara 'traffic' cukup padat jadwal penerbangan masuk dan keluar Singapura. Sehingga pesawat BPPT hanya diizinkan terbang di bawah ketinggian 6.000 kaki. Pesawat Piper Cheyenne mampu terbang rendah pada ketinggian sekitar 3.000-4.000 kaki di area base cloud," kata Budi yang juga menjabat sebagai Kepala Bidang Penerapan TMC-BBTMC.

Operasi TMC di Batam dijadwalkan hingga selama 30 hari mendatang.

Badan Pengusahaan Batam melalui Badan Usaha Fasilitas dan Lingkungan saat ini mengelola 9 waduk, dan terbesar yaitu Waduk Duriangkang.

Waduk Duriangkang merupakan waduk dengan daerah tangkapan air terluas di Pulau Batam, dan mampu menyumbang sekitar 70 persen dari total keseluruhan kebutuhan air di kota Batam.

Baca juga: Pengusaha keluhkan listrik dan air di Batam

Manager Air Baku Badan Usaha Fasilitas dan Lingkungan BP Batam Hajad Widagdo, menyatakan pasokan air di waduk itu turun terus akibat kemarau berkepanjangan

Hingga Rabu (10/6), TMA (Tinggi Muka Air) Waduk Duriangkang tercatat mengalami penurunan sekitar 3,5 meter dari batas normal.

Bendungan Duriangkang terletak di Desa Bagan, Kecamatan Seibeduk Pulau Batam. Bendungan ini merupakan bendungan muara sungai (estuary dam) pertama di Indonesia.

Air waduk Duriangkang berasal dari sungai-sungai kecil yang berada di sekeliling waduk serta air hujan.

Berdasarkan laporan inspeksi besar dan evaluasi keamanan bendungan pada 2014 diketahui luas genangan waduk pada ketinggian air 7,5 meter mencapai 24,5 km2.

Sementara luas DTA (Daerah Tangkapan Air) Waduk Duriangkang sebesar 75,18 km2.

Baca juga: Dua pemancing hilang terseret arus di perairan Tanjung Pinggir Batam

Pewarta: Yuniati Jannatun Naim
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2020