Patung Churchill, yang berdiri membelakangi gedung parlemen, sempat dicoret dengan grafiti. Tulisan grafiti itu menyebut Churchill, pemimpin Inggris saat Perang Dunia II, sebagai seseorang yang rasis.
Grafiti itu ditemukan saat massa menggelar aksi damai, Minggu (7/6), sebagai wujud solidaritas terhadap unjuk rasa anti-rasisme di Amerika Serikat. Ribuan warga AS turun ke jalan memprotes aksi brutal seorang polisi yang menyebabkan seorang warga kulit hitam, George Floyd, tewas, di Kota Minneapolis, Minnesota, AS.
Beberapa papan kayu diletakkan di sekitar tugu peringatan tentara yang gugur saat perang (Cenotaph on Whitehall). Tiap tahunnya, petinggi di pemerintahan dan keluarga kerajaan mengunjungi tugu tersebut untuk memperingati mereka yang gugur saat Perang Dunia I dan pertempuran lainnya. Acara itu dikenal dengan nama Remembrance Sunday.
Floyd tewas setelah diinjak lehernya oleh lutut seorang anggota kepolisian Minneapolis hampir selama sembilan menit pada 25 Mei. Kematian Floyd memicu aksi protes di puluhan kota AS dan beberapa kota besar Eropa.
Insiden itu juga memantik polemik terkait rencana merobohkan sejumlah monumen dan patung yang mengingatkan warga terhadap masa pendudukan atau imperialis Inggris.
Massa di Inggris telah merobohkan beberapa patung pedagang budak. Otoritas Kota Poole, Inggris, mengatakan, mereka berencana memindahkan patung pendiri Pramuka, Robert Baden-Powell, guna melindungi monumen itu.
Demonstran gerakan "Black Lives Matter" atau "Hidup Orang Kulit Hitam Berharga" kembali turun ke jalan, pada hari ini (12/6) di pusat kota London.
Beberapa penggemar klub sepak bola garis keras, kerap disebut "hooligans", serta pendukung pemimpin sayap kenan, Tommy Robinson, yang menilai diri mereka patriotik, berencana akan berkumpul di London, Sabtu (13/6), untuk melindungi patung dan tugu peringatan dari sasaran massa aksi.
Sumber: Reuters
Baca juga: Winston Churchill ternyata juga astronom
Baca juga: Winston Churchill Masuki Pop Charts
Pewarta: Genta Tenri Mawangi
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2020