"Saya minta perajin masker dari tenun ikat Kediri untuk membuat masker berritsleting. Jadi bisa dibuka bila pakai peluit," kata Pelaksana Tugas Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kota Kediri Nur Muhyar di Kediri, Sabtu.
Untuk saat ini, proses pembuatan masker berritsleting dari bahan baku tenun ikat yang merupakan produk tenun khas dari Kota Kediri sudah dimulai. Sebagai awal, sudah dipesan 50 unit masker berritsleting sebagai percobaan.
Pihaknya ingin agar UMKM di Kota Kediri terus bergerak, terlebih lagi di masa pandemi COVID-19 ini dengan memesan masker berbagai macam model. Sebelumnya, dari Pemkot Kediri sudah memesan masker lipat yang jumlahnya ribuan kepada UMKM di Kota Kediri.
"Tujuannya agar penenun tetap berproduksi, penjahit tetap mendapatkan order," ujar Nur Muhyar.
Terbukti, lanjut dia, upaya pemesanan masker ini bisa menggerakkan perekonomian para penenun dan penjahit. Pada masa pandemi, orderan sangat sepi. Bahkan beberapa pesanan yang sudah dibuat pun tidak diambil karena PSBB.
Pemilik UMKM tenun ikat yang mendapatkan pesanan tersebut mengaku awalnya membuat desain tersebut dirasa cukup rumit. Namun, setelah dibuat ternyata hasilnya juga cukup menarik.
"Awalnya pas melihat, wah ini cukup rumit. Jadi tidak bisa cepat karena belum terbiasa," kata Erwin, pemilik usaha Tenun Bandoel di sentra tenun ikat Kelurahan Bandar Kidul, Kecamatan Mojoroto, Kota Kediri.
Ia mengaku tertantang dengan membuat masker berritsleting tersebut. Dan tak lama pun, pesanan masker berritsleting itu jadi.
Erwin juga mengaku tertantang dengan berbagai macam model masker selain bentuk masker biasa dan masker berritsleting. Ia berharap hasil karyanya tersebut bisa dimanfaatkan dan mempermudah kerja para petugas salah satunya petugas parkir yang harus meniup peluit saat bertugas.
Menurut Erwin, Wali Kota Kediri Abdullah Abu Bakar juga telah memberi tantangan kepada para perajin untuk membuat masker yang berbeda.
Dirinya membuat masker dengan desain unik dan bentuknya beda dengan masker tenun ikat yang sudah ada. Bukan masker lipat, melainkan masker dengan tiga lapis, salah satunya dengan kain kapas. Dalam pemotongan, ia juga sangat memerhatikan motif sehingga bisa bersambung bila jadi masker.
"Karena mencocokkan motif, kalau masker lipat selembar tenun bisa jadi 60 buah, kalau masker saya hanya jadi 35 masker saja," ujar Erwin.
Erwin mengatakan karena bahan yang dibutuhkan lebih banyak, maka Erwin menjual masker buatannya dengan harga lebih mahal. Satu lembar masker buatannya dijual seharga Rp20.000, sedangkan untuk masker berritsleting seharga Rp25.000.
Dirinya juga gencar melakukan promosi produk buatannya. Ia menjual masker buatannya melalui akun jejaring sosial miliknya dan ternyata peminatnya banyak. Masker jualannya juga laris manis.
"Sehari kalau desain yang seperti ini (masker berritsleting) hanya bisa buat 50 masker dengan dua penjahit," kata Erwin.
Pemkot Kediri dengan berbagai upayanya juga terus membangkitkan UMKM di era pandemi ini. Bahkan, Wali Kota juga ikut promosikan produk UMKM asal Kota Kediri di jejaring sosial miliknya. Calon pembeli bisa memesan barang dari promosi yang gencar tersebut.
Baca juga: Bukit Asam berdayakan UMKM produksikan puluhan ribu masker kain
Baca juga: Bantul berdayakan UKM terdampak COVID-19 produksi masker dan coverall
Baca juga: Pemerintah bantu UMKM terdampak COVID-19 alih usaha produksi masker
Pewarta: Asmaul Chusna
Editor: Subagyo
Copyright © ANTARA 2020