Direktur Rumah Sakit Islam (RSI) Mataram dr Baiq Yuliana Andriani Putri memastikan seluruh tenaga kesehatan (nakes) dalam keadaan sehat dan bebas dari penularan virus corona meskipun sudah menjadi rumah sakit rujukan kedua sejak 24 April 2020.kami ingin berkontribusi menghadapi pandemi ini
"Alhamdulillah sebanyak 165 tenaga kesehatan tidak yang ada yang terjangkit dan semoga semua tetap diberikan kesehatan agar tetap bisa memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat," kata dr Baiq Yuliana Andriani, di Mataram, Nusa Tenggara Barat, Senin.
RSI Mataram, kata dia, menjadi rumah sakit rujukan kedua (second line) penanggulangan penyakit infeksi emerging tertentu berdasarkan Keputusan Gubernur NTB Nomor 445-426 tahun 2020 tentang Perubahan Atas Keputusan Gubernur Nomor 445-221 Tahun 2020 tentang Penetapan Rumah Sakit Rujukan Kedua Penanggulangan Penyakit Infeksi Emerging.
Sejak saat itu, lanjut Baiq Yuliana, pihaknya menyediakan ruang isolasi khusus untuk merawat pasien dengan gejala-gejala mengarah ke COVID-19. Ruang isolasi khusus tersebut tidak boleh dimasuki oleh sembarang orang dan tanpa menggunakan alat pelindung diri serta jalur pasien corona dan noncorona dibedakan.
Setiap pasien dengan kategori orang dalam pengawasan (ODP) dan pasien dalam pengawasan (PDP) juga tetap diberikan perawatan sesuai standar operasional prosedur (SOP) dan kondisinya selalu dikonsultasikan ke dokter spesialis agar mereka mendapatkan penanganan yang tepat.
Baca juga: Di Mataram-NTB, 50 persen karyawan hotel mulai kembali bekerja
Baca juga: Alat tes swab PCR di RSUD Mataram mulai digunakan
Pihaknya juga bekerja sama dengan Rumah Sakit Umum Provinsi (RSUP) NTB, dan Rumah Sakit Universitas Mataram (Unram), dalam hal pengiriman sampel laboratorium swab dari pasien dengan gejala mengarah ke COVID-19.
"RSI Mataram memang belum punya alat yang lengkap untuk melakukan pemeriksaan swab. Untuk memastikan pasien positif atau negatif, kami mengirim sampel swab ke RSUP NTB, atau ke RS Unram," ujarnya.
Baiq Yuliana menambahkan dalam mencegah penularan COVID-19 di rumah sakit, pihaknya komitmen menerapkan protokol kesehatan COVID-19, yakni setiap tenaga kesehatan yang bertugas menangani pasien wajib mengenakan alat pelindung diri (APD) level 3 dari ujung kepala hingga kaki, berupa penutup kepala, baju cover all dan masker berstandar lengkap dengan kacamata, sepatu bot, dan pelindung wajah atau face shield.
RSI Mataram juga menerapkan kebijakan meniadakan jam kunjung serta menetapkan batasan jumlah penunggu pasien di ruang rawat inap, maksimal dua orang.
Sebelum masuk ke dalam rumah sakit semua pasien atau pengantar pasien yang ke poli spesialis dan juga karyawan diwajibkan mencuci tangan pakai sabun dan mengecek suhu tubuh serta wajib menggunakan masker.
"Upaya pencegahan lainnya adalah dengan memberikan makanan bergizi dan multivitamin untuk menjaga daya tahan tubuh seluruh tenaga kesehatan," ucapnya pula.
Terkait dengan tingkat keterisian kamar perawatan sejak merebaknya virus corona, Baiq Yuliana mengaku mengalami penurunan hingga 50-60 persen.
Hal itu, menurut dia, bisa disebabkan karena ada kekhawatiran dari masyarakat untuk datang memeriksakan diri ke rumah sakit dan cenderung memilih berobat secara mandiri dengan membeli obat-obatan di apotek.
Meskipun demikian, RSI Mataram tetap memberikan pelayanan terbaik kepada setiap orang yang datang berobat, termasuk yang sudah menunjukkan gejala mengarah ke COVID-19.
Baca juga: Pasien sembuh COVID-19 di Mataram lebih banyak dari yang dirawat
Baca juga: Mataram khawatirkan sekolah jadi klaster baru COVID-19 jika dibuka
Ia mengatakan, pihaknya juga tidak mengurangi standar pelayanan dan kenyamanan rumah sakit karena RSI Mataram ingin menjadi rumah sakit Green Hospital atau rumah sakit yang ramah lingkungan karena memiliki 40 persen ruang terbuka hijau dari total 1,3 hektare luas lahan.
"Kami juga tetap mempertahankan jumlah karyawan yang mencapai 300-orang. Tidak ada pemutusan hubungan kerja meskipun pendapatan menurun dan biaya operasional bertambah sejak pandemi COVID-19," kata Baiq Yuliana.
Ketua Yayasan RSI Mataram, H Lalu Imam Maliki, juga memastikan bahwa operasional rumah sakit tetap berjalan normal, meskipun jumlah pasien yang berkunjung jauh berkurang sejak merebaknya virus corona.
"Kami masih punya cadangan finansial yang bisa digunakan untuk mempertahankan operasional rumah sakit yang sudah ditunjuk sebagai rumah sakit rujukan kedua oleh pemerintah daerah. Kami ingin berkontribusi menghadapi pandemi ini meskipun pengeluaran sudah tidak seimbang dengan pemasukan," katanya.
Baca juga: Warga Kampung Nelayan di Mataram terima bansos Polri Peduli COVID-19
Baca juga: Gugus COVID-19 Mataram segera rilis puluhan pasien sembuh
Pewarta: Awaludin
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2020