Awal bulan lalu, McLaren dan timnya mendapati 40 temuan analitik positif yang merugikan di antara rekor-rekor IWF, mengindikasikan federasi itu puluhan tahun dibekap praktik korupsi dan praktik penyelewengan doping.
Temuan itu mencakup sejumlah peraih medali emas dan perak yang sampel tes doping mereka tak ditindaklanjuti.
Baca juga: Investigasi pada IWF temukan korupsi dan doping yang ditutup-tutupi
Baca juga: Terbelit doping, lifter Thailand dan Malaysia dilarang ikut Olimpiade
"WADA terkejut dengan perilaku yang terungkap dari hasil investigasi tim McLaren," kata Presiden WADA Witold Banka dalam pernyataan yang dilansir Reuters, Selasa dini hari WIB.
"WADA mengutuk segala bentuk campur tangan dalam prosedur anti-doping. Pengungkapan ini jelas menjadi tamparan bagi para atlet yang bersih, bagi WADA dan mereka yang mendukung kampanye olahraga bersih," ujarnya menambahkan.
Investigasi McLaren menyatakan bahwa mantan presiden IWF Tamas Ajan menggunakan "tirani uang" untuk menjalankan pengelolaannya dan sumber dana utama itu datang dari denda doping yang masuk ke kantungnya sendiri.
Pria Hongaria berusia 81 tahun itu berkecimpung di IWF sejak pertengahan 1970-an, awalnya menduduki kursi sekretaris jenderal dan mulai menjadi presiden mulai 2000 hingga mundur April lalu.
WADA menyatakan informasi yang mereka terima meliputi data periode 2009-2014 dan bakal menggelar penyelidikan yang diprioritaskan untuk kasus-kasus yang dekat dengan batasan statuta.
Baca juga: Tak ingin tersandung lagi, PABBSI lakukan sosialisasi doping
Baca juga: Tujuh lagi lifter Rusia positif gunakan doping
Baca juga: Iannone gugat hukuman doping ke CAS
Pewarta: Gilang Galiartha
Editor: Bayu Kuncahyo
Copyright © ANTARA 2020