Tiga Negeri Gelar Panas "Pela Gandong"

27 September 2009 18:38 WIB
Ambon (ANTARA News) - Tiga Negeri beragama Muslim dan Kristen di Kota Ambon yang memiliki hubungan persaudaraan akan menggelar ritual adat "Panas Pela-Gandong" tahun 2010 mendatang, sebagai bentuk sosialisasi dan peringatan bagi generasi penerus tiga negeri itu.

"Panas Pela-Gandong tiga negeri ini dijadwalkan digelar tahun 2010 mendatang," kata Raja Batu Negeri Merah Awat Ternate, di Ambon, Minggu.

Tiga Negeri yang memiliki pertalian hubungan saudara itu yakni Batu Merah (beragama Muslim) dan Negeri Ema (Kristen), Kecamatan Sirimau serta Negeri Passo (Kristen), Kecamatan Baguala.

Menurut dia kegiatan Panas "Pela Gandong" tersebut, harus dilaksanakan guna mempererat hubungan persaudaraan sejati yang terbina antara masyarakat tiga negeri adat ini yang telah diwarisi leluhur mereka secara turun temurun sejak 1500 Masehi.

"Panas Pela Gandong terakhir kalinya dilaksanakan tahun 1960-an lalu dan setelah itu tidak lagi. Makanya sudah harus dilaksanakan kembali sehingga generasi tiga negeri itu saat ini bisa mengingatnya," ujar Awat.

Awat menegaskan ritual adat Panas Pela Gandong khususnya antara Negeri Batu Merah dan Passo akan dilaksanakan di Tanjung Pela, Pulau Buru, yang merupakan lokasi pertama hubungan persaudaraan itu diikrarkan tahun 1.500 Masehi.

Tanjung Pela lebih dikenal masyarakat Maluku dengan sebutan Tanjung Keramat, merupakan tempat awal terjadinya Ikatan sumpah antara tokoh adat dua negeri ini sebagai kakak-beradik.

"Tujuanya agar generasi muda mengetahui bahwa di Tanjung Keramat itu moyang-moyang dua negeri ini mengangkat sumpah janji sebagai Kakak dan Adik," kata dia

Raja negeri Passo Marthen Sarmanela dan Kepala adat negeri Ema Welhelmus Diasz, mengatakan, Panas Pela-Gandong selain mengingatkan kembali akan adat dan budaya, juga bermanfaat positif guna mempererat hubungan persudaraan ketiga negeri tersebut.

"Selaku Gandong Adik maka masyarakat negeri Ema sangat mendukung sepenuhnya penyelenggaraan adat ini, walau pun menjadi pekerjaan berat, tetapi dengan semangat persaudaraan saya yakin akan terlaksana pada 2010 mendatang," kata Raja Negeri Passo, Marthen Sarimanela.

Terjadinya Hubungan Pela Gandong antara Batu Mareh-Passo berawal dari sekelompok warga Batu Merah yang berasal dari rumpun adat Maluku "Patalima" dan warga Passo yang mewakili rumpun "Patasiwa" dalam perjalanan pulang ke negeri mereka, setelah melaksanakan tugas mengantarkan upeti kepada Sultan Ternate, Maluku Utara yang memerintah saat itu.

Dalam perjalanan pulang dari Ternate menuju Ambon dengan menggunakan "Arumbae" perahu tradisional masyarakat Maluku, tetapi saat mendekati tanjung Pela, Pulau Buru, Arumbae yang digunakan warga Passo diterpa gelombang dan tenggelam, dan saat bersamaan melintas Arumbae Warga Batu Merah di tempat tersebut dan langsung menolong warga Passo.

"Karena tenggelam semua perbekalan orang Passo hanyut dibawa gelombang, sehingga makanan yang masih dimiliki warga Batu Merah berupa sagu kering, ikan asar dan kelapa dibagi menjadi dua bagian dan dimakan bersama oleh warga Passo dan Batu Merah," ujar Raja batu Merah Awat Ternate.

Sebagai ungkapan terima kasih dan balas budi, maka sehabis memakan perbekalan orang Passo kemudian mengikat diri sebagai adik dari orang Batu Merah, dan untuk mempererat sumpah tersebut, kedua kelompok warga membalik sebuah batu karang sehingga telapak tangannya berdarah.

Telapak tangan warga dua negeri yang penuh darah itu kemudian ditempelkan sebagai lambang persaudaraan serta mengangkat sumpah dan janji sebagai saudara sekandung.

Guna mematangkan rencana ritual adat itu, ketiga negeri bersepakat membentuk Panitia "Panas Pela Gandong" yang diketua mantan Raja Batu Merah, Latif Hatala, Ketua I, mantan Raja Passo Theresya Maitimu, Ketua II, Chrestopel Leimena dan Ketua III, Rizal Risaholet, Sekretaris. R. Risambessy, Bendahara Ny. Epy Parera,

Panitia yang telah terbentuk ini akan menggelar pertemuan lanjutan pada 30 September mendatang sekaligus melengkapi struktur panitia pelaksana terutama pembentukan sejumlah seksi.(*)

Pewarta: rusla
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009