Pasalnya, menurut Erick, melakukan tes swab COVID-19 membutuhkan biaya yang tak sedikit. Padahal di saat yang sama, kondisi finansial klub saat ini sedang tidak stabil akibat terhentinya kegiatan klub dan kompetisi.
"Untuk tes PCR saya kira berat. Kalau rapid test kita masih sanggup," kata Erick dalam telekonferensi pers di Jakarta, Rabu.
Baca juga: Louvre gandeng EVOS Esports luncurkan "merchandise" edisi terbatas
Baca juga: Panduan normal baru Perbasi lampu kuning untuk kelanjutan IBL 2020
Dalam panduan yang dirilis PP Perbasi diatur bahwa setiap penyelenggara kompetisi bola basket harus memenuhi kewajiban untuk melakukan tes swab secara berkala bagi para pemain, wasit, dan seluruh pihak yang terlibat.
Hal itu, menurut Erick, tak hanya akan memberatkan klubnya, tetapi juga semua klub IBL, mengingat biaya tes tak ditanggung oleh Perbasi maupun operator IBL.
Erick berharap operator IBL dan Perbasi bisa mempertimbangkan kondisi klub saat ini demi tujuan melanjutkan sisa musim bisa benar-benar terwujud.
"Kita harus diskusi berapa bujetnya. Mungkin kita harus meeting karena dananya tidak ditanggung IBL maupun Perbasi," tuturnya.
Meski sudah ada panduan normal baru, Ketua Umum PP Perbasi Danny Kosasih dalam kesempatan berbeda menyebut bahwa kelanjutan IBL 2020 nantinya tetap bergantung pada izin dari pemerintah daerah di wilayah yang bakal digunakan untuk melanjutkan sisa musim.
IBL 2020 berencana melanjutkan kompetisi pada 4 September hingga maksimal 5 Oktober di satu kota, antara Jakarta atau Yogyakarta. Kompetisi akan langsung dilanjutkan ke babak playoff serta tanpa melibatkan pemain asing.
"Hasil meeting kemarin semua klub kompak untuk melanjutkan. Tetapi lanjut tidaknya itu keputusan pemerintah. Kalau lanjut pun kita siap," kata Erick.
Baca juga: PP Perbasi rilis panduan normal baru untuk aktivitas bola basket
Baca juga: Hangtuah merasa diuntungkan IBL 2020 berlanjut tanpa pemain asing
Pewarta: Shofi Ayudiana
Editor: Aditya Eko Sigit Wicaksono
Copyright © ANTARA 2020