Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra menyebutkan bahwa maskapai nasional tersebut kehilangan kesempatan meraup pendapatan dalam empat peak season atau musim penerbangan dengan jumlah penumpang terbanyak.Garuda dari tahun ke tahun punya lima peak season. Di tahun 2020 ini, empat kesempatan itu sudah hilang
Irfan menyatakan pandemi COVID-19 yang terjadi di hampir seluruh negara, memberikan dampak langsung terhadap industri penerbangan yang mengandalkan pada mobilitas manusia. Dengan masih tingginya jumlah kasus positif COVID-19 di Indonesia, Garuda mengalami penurunan jumlah penumpang hingga 90 persen pada Mei 2020.
"Garuda dari tahun ke tahun punya lima peak season. Di tahun 2020 ini, empat kesempatan itu sudah hilang. Yang pertama adalah ketika mudik," kata Irfan dalam webinar The 17th Industry Roundtable: Transportation Industry yang digelar oleh MarkPlus, Jumat.
Irfan menyebutkan Garuda kehilangan momen peak season pertama dengan adanya larangan mudik dari pemerintah pada Mei lalu. Jumlah penerbangan Garuda menurun drastis menjadi hanya 33 flight, termasuk seluruh destinasi domestik dan internasional.
Padahal, di tahun sebelumnya Garuda Indonesia bisa melayani lebih dari 300 penerbangan pada 1 Syawal Idul Fitri. Mantan CEO Sigfox Indonesia itu pun menceritakan kondisi Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng, saat Hari Raya Idul Fitri.
"Terminal 3 layaknya kuburan pada hari pertama Idul Fitri karena semua restoran tutup. Cukup menyedihkan dan panas tentu saja karena AC banyak dimatikan," kata Irfan.
Kesempatan kedua Garuda kehilangan momen puncak penumpang adalah saat liburan sekolah pada Juni-Juli. Namun, seluruh pemesanan untuk Juni dan Juli dibatalkan, segera setelah pemerintah mengumumkan penerapan sistem bekerja dari rumah (work from home) dan sekolah dari rumah (school from home).
Ketiga, Garuda juga kehilangan momen mendapatkan borongan penumpang yakni saat musim umroh. Setidaknya dalam waktu tiga bulan lalu, Garuda biasanya memberangkatkan 400.000-500.000 jamaah umroh ke Tanah Suci.
BUMN industri penerbangan ini juga kehilangan peak season saat musim haji atau Idul Adha. Dalam keadaan normal, Garuda bisa memberangkatkan sekitar 110.000 penumpang ke Tanah Suci. Namun Garuda pun juga akhirnya membatalkan seluruh penerbangan, dengan kebijakan penundaan haji dari Pemerintah Indonesia.
"Dari tahun ke tahun kita bisa mengirim sekitar 110.000 penumpang dalam waktu yang sangat singkat, sangat masif, sehari ada belasan penerbangan ke Saudi Arabia, dan sudah pasti bagasinya penuh sekali," kata dia.
Dengan demikian, Garuda kini hanya punya satu kesempatan terakhir untuk memanfaatkan momen peak season yakni saat libur akhir tahun.
Baca juga: Garuda janji tak pasang harga tinggi meski harga tiket boleh naiik
Baca juga: Riset Garuda: 70 persen calon penumpang tunda terbang akibat COVID-19
Baca juga: Dirut: Garuda harus tetap terbang bahkan dalam kondisi "perang"
Pewarta: Mentari Dwi Gayati
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2020