Pasalnya, kata dia, pondok pesantren merupakan tempat belajar yang ekslusif di mana tidak setiap orang bisa keluar masuk. Namun syaratnya, kata dia, pondok pesantren harus tetap menerapkan protokol kesehatan pencegahan COVID-19 secara ketat.
"Kalau bisa dipatuhi, justru pesantren adalah tempat yang paling aman untuk belajar mengajar. Kita memberi pesan, kepada wali santri, jangan coba-coba tidak mematuhi protokol kesehatan," kata Muhadjir di Bandung, Sabtu.
Menurutnya, protokol kesehatan yang diterapkan di pondok pesantren masih sama dengan di tempat-tempat lainnya. Hanya saja, dia tidak menganjurkan kepada orang-orang untuk keluar masuk.
Baca juga: Menko PMK tinjau kesiapan layanan RSHS dalam masa normal baru
Karena kalau protokol itu dilanggar, maka justru pondok pesantren bakal memiliki risiko yang lebih besar. Jika pun seseorang ingin masuk ke kawasan pondok pesantren, maka harus menempuh protokol kesehatan yang juga ketat.
"Karena kalau dilanggar, risikonya sangat besar. Tapi kalau dipatuhi, pesantren akan lebih aman. Kalau semuanya bersih dan patuh, otomatis dari wilayah eksklusif, tidak akan bisa dijangkiti COVID-19 selama tidak ada orang yang masuk," katanya.
Maka dari itu, ia meminta kepada setiap pondok pesantren yang akan kembali menggelar kegiatan belajar mengajar agar menyiapkan protokol kesehatan tersebut. Di antaranya, kata dia, santri harus dipastikan sehat, dan tidak sedang berpotensi terjangkit COVID-19.
"Pokoknya sebelum berangkat, mereka (santri) dipastikan sehat, bebas dari COVID-19 dan penyakit lain, dan di pesantren wajib periksa lagi, dan pondoknya harus didisinfektan. Setelah itu mereka harus betul-betul tertutup, tidak boleh ada lagi orang keluar masuk pesantren itu," kata dia.
Baca juga: Menko PMK: Jangan sampai pasar di Indonesia seperti di Beijing
Baca juga: Menko: Indonesia targetkan tak bergantung impor PCR kit
Pewarta: Bagus Ahmad Rizaldi
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2020