Seorang pemilik bengkel di Denpasar, Mohammad Nazir (35) mengaku selama masa pandemi COVID-19, pesanan sepeda fixie dan custom
"Pemesanan di masa pandemi ini meningkat 5 kali lipat, untuk sepeda fixie atau custom. Persentasenya sekitar 300 persen lah, dibandingkan dengan masa sebelum ada COVID-19," kata Mohammad Nazir saat ditemui di Denpasar, Minggu.
Ia mengatakan sepeda fixie dan "custom" ini terbuat dari sepeda bekas dan sudah tidak dipergunakan kembali. Bengkel yang beralamat di Jalan Nusa Kambangan, Denpasar Barat ini sudah lama dijalankan, namun permintaan yang meningkat drastis justru selama pandemi.
Baca juga: Permintaan sepeda fixie meningkat jelang Lebaran
"Kita kerjakan sepeda lama, sepeda yang engga laku itu diubah jadi fixie. Ide sudah lama, sekitar enam tahun. Selama pandemi ini semakin meningkat peminatnya, padahal dari dulu saya juga sudah bikin sepeda fixie. Tapi dalam pembuatannya tidak semua model sepeda, kadang sesuai permintaan," kata Mohammad.
Pengiriman sepeda fixie dan custom tidak hanya di wilayah Bali, tapi hingga luar Bali. Dalam waktu sehari, Mohammad mengaku bisa membuat tiga sampai empat sepeda fixie atau custom.
Mohammad menjelaskan pihaknya juga menerapkan protokol kesehatan dalam proses pengerjaan, yaitu pemesanan melalui aplikasi whatsapp untuk meminimalisasi kermunan. Proses pembayaran juga dilakukan melalui transfer sesuai kesepakatan.
"Untuk harga dari Rp1,5 juta sampai Rp6 juta, tergantung dari jumlah permintaan pelanggan. Harga ratusan ribu rupiah itu sepeda anak-anak dan untuk bikin frame saja. Jadi untuk mengubah body saja sekitar Rp100 ribu-Rp300 ribu. Kalau proses buat dari awal ya Rp5,5 juta untuk yang biasa," tuturnya.
Baca juga: Denpasar rancang lumbung pangan antisipasi dampak COVID-19
Baca juga: Pemkot Denpasar siapkan dana warga positif COVID-19
Dalam proses pembuatan ini melibatkan tiga pekerja. "Pembelinya dominan remaja, tapi juga ada yang sudah bekerja atau komunitas juga ada. Kebetulan di lingkungan ini, hanya bengkel saya yang mengerjakan ini," katanya.
Pewarta: Ayu Khania Pranishita
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2020