"Daya beli masih ada dan institusi finansial juga masih bergerak positif. Dan saya lihat bisnis properti akan semakin cepat pulih dan semoga mulai mengarah pada kondisi pemulihan di semester II/2020 ini," kata Robby, dalam acara webbinar yang digelar Kadin Jatim di Surabaya, Senin.
Ia mengakui, pada awal tahun 2020 pasar properti Tanah Air sudah menunjukkan gelagat yang cukup baik, tercatat realisasi investasi properti mencapai Rp100 triliun dengan jumlah proyek baru sebesar 1.245 proyek di seluruh Indonesia. Namun kinerja ini harus terhenti akibat pandemi COVID-19.
"Anjloknya pasar properti nasional akibat pandemi COVID-19 kiranya tidak sepenuhnya terjadi di Surabaya, hal ini terlihat dari presentasi penurunan yang terjadi di Surabaya jauh lebih kecil dibanding penurunannya di wilayah Jabodetabek dan Bandung," katanya
Ia mencatat, pada kuartal pertama 2020, pasar properti di Jabodetabek mengalami penurunan sebesar 50,1 persen, sementara pasar properti di Surabaya hanya tergerus sebesar 20 persen hingga 30 persen.
"Dan penurunan ini pun bukan disebabkan karena daya beli yang tidak ada tetapi lebih disebabkan karena psikologi pembeli saja. Hanya karena psikologi saja konsumen menunda pembelian. Jadi tinggal bagaimana mengubah persepsi mereka," katanya.
Saat ini, kata dia, strategi marketing harus diubah karena COVID-19 menjadi pertanda selesainya masa industrialisasi, dan dimulainya masa digitalisasi informasi, sehingga model promosi yang dilakukan harus disesuaikan dengan kebutuhan konsumen.
"Properti adalah kebutuhan yang paling mendasar bagi manusia, tetapi market saat ini lebih banyak berbicara tentang kebutuhan. Ada dua kriteria properti yang diminati dan cepat laku, pertama hunian yang ready stok dan kedua rumah second yang nilai jualnya dibawah pasar," katanya.
Pewarta: A Malik Ibrahim
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2020