"Bahkan di Kota Pekanbaru naik menjadi 4,2. Padahal dalam dua pekan setelah lebaran angka reproduksi selalu di bawah satu," kata dia saat konferensi video yang dipantau di Jakarta, Selasa.
Dari hasil evaluasi yang dilakukan pemerintah setempat, meningkatnya kasus tersebut diakibatkan oleh adanya kebijakan relaksasi Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) sehingga orang bisa berpergian hanya dengan bermodalkan tes cepat.
"Imported case semua," kata dia.
Baca juga: Positif COVID-19, tahanan batal masuk lapas di Riau
Baca juga: Muncul klaster baru, positif COVID-19 di Riau melonjak jadi 166 orang
Angka reproduksi tersebut mengalami lonjakan signifikan seiring bertambahnya jumlah kasus baru yang mencapai 24 orang dalam satu hari.
Biasanya peningkatan kasus maksimal di Riau hanya delapan orang. Namun, pada Senin (22/6) ada peningkatan hingga 24 kasus yang tidak pernah terjadi sebelumnya.
"Bahkan hari ini meningkat jauh lebih banyak dari kemarin," katanya.
Kondisi tersebut diakui oleh dr Indra membuat pemerintah setempat dan masyarakat menjadi risau sehingga dilakukan pendekatan ekstra cepat.
Sejak 10 hari terakhir, ujar dia, peningkatan kapasitas laboratorium biologi molekuler yang memeriksa PCR di Provinsi Riau sampai 700 sampel per hari.
Jumlah pemeriksaan maksimal yang pernah dilakukan sebelumnya hanya 580 sampel per hari. Dengan adanya peningkatan tersebut, pemerintah setempat tidak lagi fokus pada tes cepat melainkan pada PCR.
Ia mengatakan strategi yang dilakukan Provinsi Riau lebih intensif dan pendekatan PCR sehingga bisa memastikan hasil pemeriksaan lebih baik.
Sebab, pemeriksaan tes cepat atau rapid test yang dilakukan sebelumnya, angka negatif palsunya cukup tinggi.
"Ketika di rapid test hasilnya negatif, namun setelah pemeriksaan PCR dia positif," ujarnya.*
Baca juga: Pengobatan WNA Myanmar positif COVID-19 di Riau ditanggung Indonesia
Baca juga: Gugus Tugas COVID-19 Riau izinkan kantor BRI buka kembali
Pewarta: Muhammad Zulfikar
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2020