Untuk itu, di tengah pandemi global COVID-19, Pemerintah Indonesia konsisten mendorong kemitraan regional di kawasan Samudra Hindia dalam kerangka Indian Ocean Rim Association (IORA) dengan menginisiasi pendirian Kelompok Kerja Sama Pengelolaan Perikanan.
Inisiatif tersebut diwujudkan melalui penyelenggaraan pertemuan pertama Kelompok Cluster IORA tentang Manajemen Perikanan (CGFM) yang dilaksanakan secara virtual oleh Kementerian Luar Negeri bersama Kementerian Kelautan dan Perikanan pada 23 Juni 2020.
Kelompok kerja itu terdiri dari para pemangku kepentingan di bidang perikanan, baik dari kalangan swasta maupun pemerintah dari sembilan negara -- yakni Bangladesh, Iran, Indonesia, Kenya, Madagaskar, Mauritius, Oman, Tanzania, Thailand -- serta lembaga think-tank di bawah IORA yang menangani isu perikanan, yaitu IORA Fisheries Support Unit (FSU).
Kelompok kerja tersebut nantinya akan bertugas untuk mendiskusikan permasalahan perikanan secara lebih menyeluruh di Samudra Hindia.
Inisiatif Indonesia di kawasan Samudra Hindia itu diharapkan dapat mendukung visi dan implementasi kerja sama Indo-Pasifik yang damai dan sejahtera.
Selanjutnya, kepemimpinan Indonesia di bidang kelautan dan perikanan dalam forum IORA diharapkan berkontribusi pada diplomasi ekonomi, mendorong berbagai isu kelautan dan perikanan, mencegah illegal, unreported and unregulated (IUU) Fishing atau penangkapan ikan secara ilegal, serta meningkatkan kesejahteraan nelayan di daerah pesisir, yang menjadi salah satu kepentingan dan prioritas nasional.
"Saat ini kita menghadapi COVID-19 sebagai musuh bersama. Sebagai organisasi dengan negara-negara anggota yang berada di Samudra Hindia, sudah sepatutnya IORA berfokus kembali kepada potensi kerja sama kelautan, termasuk sektor perikanan," ujar Direktur Jenderal Asia Pasifik dan Afrika Kementerian Luar Negeri, Desra Percaya, saat pembukaan pertemuan tersebut secara daring.
Kelompok Kerja Perikanan itu dibentuk untuk menghasilkan program konkret dalam mendukung pemulihan ekonomi pascapandemi, khususnya meningkatkan kesejahteraan nelayan, mendorong pariwisata bahari di Samudra Hindia, dan meningkatkan perdagangan dan investasi perikanan.
Sementara itu, Direktur Jenderal Perikanan Tangkap Kementerian Kelautan dan Perikanan, Zulficar Mochtar, menegaskan bahwa lebih dari 3,5 juta nelayan di Indonesia terkena dampak pandemi COVID-19.
Selain itu, penangkapan ikan secara ilegal, dampak perubahan iklim, sampah plastik, dan berkurangnya stok ikan adalah masalah yang kerap dihadapi oleh para nelayan saat ini.
"Melalui upaya kolektif di forum IORA, diharapkan dapat berkontribusi pada penghidupan, penyediaan lapangan kerja, ketahanan pangan, dan pengentasan kemiskinan bagi masyarakat kelautan dan perikanan," jelas Zulficar.
Pertemuan Kelompok Cluster IORA tentang Manajemen Perikanan itu pun menyepakati sejumlah dokumen strategis, salah satunya Kerangka Acuan Kerja pendirian Kelompok Kerja Perikanan dan rancangan Program Kerja yang akan diimplementasikan dalam jangka pendek, menengah dan panjang di bidang perikanan di IORA.
Indonesia selama ini berperan aktif di forum IORA, antara lain sebagai Wakil Ketua IORA pada 2013-2014 dan Ketua IORA 2015-2017. Dalam kurun waktu tersebut, Indonesia berhasil meningkatkan profil IORA melalui penyelenggaraan KTT IORA pertama pada Maret 2017 di Jakarta dan sukses menformulasikan visi penguatan kerja sama kelautan dan kemaritiman yang tercakup dalam Jakarta Concord 2017.
Pembentukan Kelompok Kerja ini merupakan tindak lanjut dari the Jakarta Concord dan Renaca Aksi IORA 2017-2021.
Baca juga: Sekjen: Keamanan maritim jadi salah satu fokus kerja sama IORA
Baca juga: IORA diharapkan dorong pertumbuhan inklusif anggotanya
Baca juga: Indonesia berbagi pengalaman sebagai ketua IORA di Italia
Pewarta: Yuni Arisandy Sinaga
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2020