Kepala Balitbangtan Dr. Fadjry Djufry melalui Humas Balai Tanaman Hias Ikhwan dihubungi dari Padang, Rabu, menyatakan tanaman hias tersebut berpotensi dalam meningkatkan tambahan pendapatan petani dikarenakan pasarnya jelas dan bahkan sudah ada permintaan ekspor.
Untuk Krisan Pot, menurut Ikhwan banyak digunakan untuk hiasan pengantin, ruangan, panggung dekorasi, karangan bunga, ucapan selamat/duka serta hiasan unit bisa dirangkai dengan bunga lain.
Baca juga: Di tengah pandemi, bunga krisan Balitbangtan tetap diminati
"Nilai jualnya cukup menarik dalam satu rangkai yang berisi 10 batang dijual dikisaran harga Rp5.000-8.000 dan tentunya sangat membantu ekonomi petani," jelasnya.
Saat ini pihaknya mulai kewalahan dari banyaknya pesanan bunga krisan. Misalnya baru dikirim 60 pot krisan ke Payakumbuh, sebelumnya juga ke Padang, Padang Panjang, Bangkinang (Riau) dan Pekanbaru.
Pengembangan tanaman hias jenis Krisan pot dan Impatiens (pacar air) ini juga bisa menjadi daya tarik untuk keperluan wisata agro.
"Kita lebih mendorong dan mendukung dalam mendiseminasikan tanaman hias mengingat komoditas ini punya nilai yang sangat besar," ujarnya seraya menambahkan Krisan pot memiliki beragam warna dan bentuk bunga yang sangat menarik untuk dijadikan sebagai hiasan.
Untuk Impatien pengembangannya sudah memperlihatkan hasil. Dari pengembangan impatient di Cianjur sudah dipasarkan secara global oleh Sakata Seed Corporation Jepang dan Indonesia memperoleh royalti atas hasil penjualannya.
Saat ini budidaya krisan pot tengah dilakukan di lokasi TSP Sukarami yang merupakan bagian dari BPTP Sumatera Barat dan sebanyak 5700 benih krisan pot telah didistribusikan Balai Penelitian Tanaman Hias pada Maret 2020 untuk pengembangan yang terdiri dari varietas Armitha Agrihorti, Avanthe Agrihorti, Khanza Agrihorti, Naura Agrihorti, dan Zweena Agrihorti. Selain itu, kontinuitas produksi yang dapat dilakukan tanpa mengenal musim serta harga yang relatif terjangkau juga menjadikan kelebihan dari komoditas ini.
Baca juga: Balitbangtan kembangkan varietas krisan pot di Sumbar
Ia menyatakan berbagai teknologi inovasi tanaman hias telah dikembangkan khususnya di lokasi Taman Sains Pertanian (TSP) Sukarami yang meliputi komoditas Impatiens dan Krisan. "Balitbangtan telah mengembangkan varietas unggul krisan dan krisan pot di wilayah Sumatera Barat. Bahkan varietas unggul krisan Arosuka Pelangi dan Solinda Pelangi merupakan hasil kerjasama Balitbangtan dengan pemerintah kabupaten Solok," ujarnya.
Data Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera Barat tahun 2019, tidak kurang dari 60 persen wilayah provinsi itu merupakan sentra pertanian. Beberapa wilayah telah menjadikan tanaman hias sebagai komoditas utama penggerak roda perekonomian masyarakatnya seperti Kota Padang yang terkenal dengan kampung flori Lubuk Minturun, Kota Padang Panjang, Kabupaten Lima Puluh Kota, Kabupaten Solok dan Solok Selatan.
Ketua Gapoktan Payo Sepakat Yusrizal menyatakan awalnya melihat perkembangan bunga krisan yang sepertinya cocok untuk ditanam di kawasan Payo dan setelah dilakukan uji coba ternyata hasilnya memuaskan, selanjutnya dikembangkan dalam skala besar.
Ia menyatakan pada Maret 2020 telah dilakukan kembali penanaman Krisan Pot di Payo dengan menggunakan varietas-varietas unggul hasil penelitian Balitbangtan dengan memberdayakan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) setempat.
Varietas unggul krisan yang telah dikembangkan di kawasan agrowisata Payo terdiri dari krisan bunga potong diantaranya varietas Yulita, Sintanur, Dewi Ratih, Arosuka Pelangi, Trissa, Socakawani, Velma, Vania, Cintamani, Marimar, Irana, Cayapati dan Sabiya. Sedangkan untuk krisan pot terdiri dari varietas Avanthe Agrihorti, Armita Agrihorti, Naura serta Zwena.
Kawasan Payo yang dilatarbelakangi oleh kawasan Bukit Barisan sangat indah dan alami serta mampu menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat untuk datang berkunjung. Bahkan, kawasan agrowisata ini dibentuk guna mendorong kawasan Payo sebagai salah satu kawasan wisata di Kota Solok.
Pewarta: Maswandi
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2020