• Beranda
  • Berita
  • Bagaimana situs "metasearch" bertahan di tengah pandemi?

Bagaimana situs "metasearch" bertahan di tengah pandemi?

24 Juni 2020 15:47 WIB
Bagaimana situs "metasearch" bertahan di tengah pandemi?
Ilustrasi. (Pixabay)
Kehadiran situs metasearch mungkin belum akrab terdengar, namun mungkin saja secara tak sadar masyarakat sudah menggunakan layanan ini.

Metasearch engine adalah situs yang digunakan bagi pengguna untuk mencari sebuah produk sehingga ia dapat membandingkan harga dari berbagai kanal distribusi, baik dari penyedia secara langsung maupun dari sumber lain. Selain itu, mesin ini juga digunakan untuk membandingkan berbagai ulasan pelanggan.

Selama pandemi COVID-19, salah satu perusahaan rintisan (startup) yang bergerak sebagai situs metasearch, iPrice, mengatakan terdapat pergeseran tren pencarian dari penggunanya. Hal ini tentu memaksanya untuk beradaptasi dengan keadaan baru.

"Startegi yang iPrice terapkan adalah untuk terus keep up with the trend. Memastikan produk yang ditampilkan merupakan produk yang paling dicari sehingga akan memudahkan pengguna iprice berbelanja kebutuhannya," kata Senior Content Markeing iPrice Dea Devita, Rabu.

Baca juga: Lazada dan Tokopedia, e-commerce populer di medsos versi iPrice

Baca juga: "Destinasi Belanja Satu Atap" Asia Tenggara iprice Mendapat Suntikan Dana Sebesar 550 Ribu Dolar Amerika dari Asia Venture Group


Lebih lanjut, Dea mengatakan, pengguna melakukan pencarian terkait perbandingan harga produk kesehatan, rumah tangga, dan hobi selama beberapa bulan terakhir.

"Tren pengguna iPrice meningkat terutama pencarian untuk produk kesehatan dalam rangka preventif COVID-19. Produk hobi seperti Nintendo Switch dan PS4 yang juga meningkat pencariannya selama pandemi ini," kata Dea.

Hal ini membuat perusahaan yang telah beroperasi di tujuh negara Asia itu, sebagai situs metasearch menarik penggunanya dengan menampilkan produk-produk yang sedang tren agar diletakkan di laman utama situsnya.

"Untuk itu, dalam membantu pengguna iPrice menemukan produk kesehatan seperti masker, hand sanitizer dan vitamin, kami berusaha secara maksimal menyediakan kategori khusus alat medis, dimana pengguna iPrice bisa dengan mudah mengakses produk-produk kesehatan," kata Dea.

Baca juga: Galang pendanaan saat pandemi, ini yang harus diperhatikan "startup"

Baca juga: Model bisnis B2C di e-commerce makin diminati selama pandemi


"Kami juga berusaha membantu pengguna iPrice untuk bisa mendapatkan produk berkaitan hobi dari rumah dengan harga terbaik," ujarnya melanjutkan.

Dari sisi perusahaan sendiri, Dea mengaku membiasakan untuk berkomunikasi dan bekerja dari rumah menjadi tantangan tersendiri bagi para karyawan iPrice.

Ditambah, kantor pusat iPrice berada di Malaysia, yang peraturan karantina wilayahnya saat itu lebih ketat dibandingkan Indonesia.

Namun, sebagai perusahaan startup di bidang teknologi, masalah-masalah tersebut dapat teratasi dengan berbagai layanan komunikasi virtual.

"Kesulitan sepertinya hanya dirasakan 2-3 minggu awal WFH, tapi setelah itu semua bisa beradaptasi dengan online communication on professional setting," ujar Dea.

Baca juga: Pentingnya pantau "big data" demi keberlangsungan startup saat pandemi

Baca juga: Gojek bimbing 11 "startup" lokal lewat Gojek Xcelerate Batch 4

Baca juga: Qlue wakili Indonesia di kompetisi startup dunia XTC 2020

Pewarta: Arnidhya Nur Zhafira
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2020