"Kondisi ini bisa terjadi karena ada stres, misalnya kena PHK, penghasilan menurun, tidak bisa berdagang akibat COVID-19," katanya saat dihubungi di Jakarta, Rabu.
Baca juga: Bertemu psikiater hingga 'kematian' jadi alasan tepat hindari narkoba
Akibatnya, banyak individu yang merasa tertekan dan mencari jalan keluar dengan cara yang salah, yaitu mengonsumsi alkohol, bahkan narkotika. "Jadi kalau dibilang kasus narkoba naik masuk akal sih karena situasi pandemi ini," ujarnya.
Ia mengatakan sebelum pandemi COVID-19 terjadi di Tanah Air, sebenarnya sudah banyak masyarakat yang mengonsumsi narkoba. Namun, di tengah situasi saat ini angkanya lebih banyak lagi.
Selain itu, ujar dia, biasanya saat terjadi bencana alam atau wabah penyakit, tingkat stres masyarakat juga cenderung naik. "Jadi sudah rumusnya seperti itu," ujarnya.
Ia menilai individu yang stres lalu mengonsumsi narkoba hanya memecahkan masalah dengan cara destruktif, padahal hal tersebut hanya bersifat sementara dan berpotensi besar menimbulkan masalah baru, yaitu ketergantungan.
"Misalnya dia minum alkohol, sementara waktu dia memang lupa dengan masalahnya, namun setelah alkoholnya habis stresnya kembali lagi," katanya.
Baca juga: Bebas cemas hadapi COVID-19
Baca juga: Psikolog: Fikiran negatif saat COVID-19 bisa picu depresi
Melihat kondisi tersebut, dr Teddy menyarankan agar individu yang mulai merasakan tekanan dan stres sebaiknya memecahkan masalah dengan cara konstruktif atau melakukan hal-hal positif.
Sebagai contoh melakukan kegiatan yang menyenangkan, olahraga, makanan bergizi, menjalin komunikasi dengan teman dan sebagainya.
Pewarta: Muhammad Zulfikar
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2020