• Beranda
  • Berita
  • Pemerintah perlu waspadai dampak iklim terhadap stok beras

Pemerintah perlu waspadai dampak iklim terhadap stok beras

25 Juni 2020 07:59 WIB
Pemerintah perlu waspadai dampak iklim terhadap stok beras
Ilustrasi: Petani memanen padi di Rajeg, Kabupaten Tangerang, Banten (ANTARA FOTO/FAUZAN)

Kondisi iklim yang tak menentu harus diwaspadai karena dapat berpengaruh pada penyerapan beras pada musim panen kedua tahun 2020...

Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Galuh Octania mengatakan pemerintah perlu mengantisipasi dampak perubahan iklim pada ketersediaan stok beras dan komoditas pangan lainnya di berbagai daerah.

Galuh dalam siaran pers di Jakarta, Kamis, mengingatkan bahwa pada kemarau ekstrim tahun 2019 bahkan berdampak pada menurunnya produksi beras sebesar 7,76 persen.

"Kondisi iklim yang tak menentu harus diwaspadai karena dapat berpengaruh pada penyerapan beras pada musim panen kedua tahun 2020, yang diprediksi oleh Bulog akan berlangsung sekitar September-November nanti. Jika melihat dari harga beras melalui Pusat Informasi Harga Pangan Strategis nasional, harga beras cenderung berada di kisaran Rp 11,900 per kilogram atau stabil tinggi sejak April 2020," paparnya.

Menurut dia, untuk menjaga kestabilan harga beras di semua wilayah di Indonesia, pendistribusian beras oleh Bulog harus dikelola dengan baik agar mampu menjangkau seluruh wilayah Indonesia.

Baca juga: Mentan perkirakan neraca beras hingga Desember masih surplus

Baca juga: Aman, Mentan perkirakan akhir 2020 masih ada stok beras 6,1 juta ton


Ia berpendapat bahwa pendistribusian yang merata bertujuan untuk menghindari terjadinya ketimpangan harga antara harga beras di wilayah yang surplus produksi berasnya dan wilayah yang produksinya mengalami defisit.

"Perhitungan pun harus dilakukan secara berkala, dengan mempertimbangkan kejadian-kejadian yang tidak dapat diprediksi, jangan sampai harga beras nanti terus berada dalam level tinggi atau perlahan naik. Karena jika perhitungan menunjukkan perlunya pengadaan beras dalam jumlah yang lebih banyak, mau tidak mau perhitungan untuk impor juga harus dilakukan jauh-jauh hari untuk menghindari keterlambatan akibat proses panjang impor yang harus dilalui," jelas Galuh.

Sebelumnya, Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso menegaskan bahwa Indonesia tidak memerlukan opsi impor mengingat stok beras yang diperkirakan mencukupi untuk kebutuhan nasional hingga akhir Desember 2020.

Baca juga: Stok beras cukup hingga Desember, Buwas: Tidak perlu impor

Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2020