Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Laksana Tri Handoko mengatakan pemeriksaan spesimen untuk mendeteksi COVID-19 menggunakan metode polymerase chain reaction (PCR) idealnya satu persen dari jumlah penduduk.Teknologi alternatif berbasis virusnya sendiri bukan antibodi menjadi mutlak
"Pemeriksaan COVID-19 idealnya satu persen dari populasi," kata Handoko dalam pertemuan dengan media secara virtual diikuti di Jakarta, Jumat.
Handoko menuturkan jika DKI Jakarta dengan populasi 10 juta penduduk, maka pemeriksaan COVID-19 idealnya dilakukan pada 100 ribu orang atau satu persen dari jumlah penduduk.
Baca juga: LIPI akan kembangkan primer untuk uji PCR deteksi COVID-19
Saat ini, Pemerintah Indonesia menargetkan setiap hari ada 20.000 pemeriksaan spesimen terduga COVID-19 dengan metode PCR.
Jumlah itu meningkat dari target sebelumnya yang telah tercapai yakni 10.000 pemeriksaan spesimen dengan metode PCR.
Target 20.000 uji spesimen per hari masih tergolong jauh dari ideal satu persen dari jumlah populasi penduduk untuk pemeriksaan laboratorium.
Baca juga: LIPI latih SDM untuk pemeriksaan PCR deteksi COVID-19
Pemeriksaan menggunakan metode PCR meskipun bertambah secara bertahap tapi masih perlu waktu cukup lama untuk mendapatkan hasilnya.
Umumnya jika uji usap dan pemeriksaan laboratorium di swasta, butuh tiga sampai empat hari untuk mendapat hasil pemeriksaan entah positif atau negatif COVID-19. Menurut Handoko, jangka waktu lama hasil pemeriksaan diperoleh itu tidak ideal.
Baca juga: LIPI buat sistem deteksi cepat COVID-19 berbahan lokal
Handoko mengatakan jika bisa uji usap dan pemeriksaan laboratorium dilakukan pada hari yang sama, dan hasilnya seharusnya keluar pada hari itu juga.
Handoko menuturkan di masa normal baru, kebutuhan untuk deteksi cepat dan diagnosa COVID-19 semakin tinggi.
Baca juga: Agustus-September target LIPI uji validasi RT LAMP deteksi COVID-19
Oleh karena itu, diperlukan penguatan dari sisi kapasitas dan kemampuan melakukan pemeriksaan dan diagnosa untuk mendukung percepatan deteksi COVID-19 di masyarakat dan kegiatan ekonomi bisa berjalan produktif dengan memastikan kondisi sehat.
Pemeriksaan dan diagnosa itu dilakukan dengan tes cepat COVID-19 dan uji usap dengan pemeriksaan laboratorium menggunakan metode PCR.
"Teknologi alternatif berbasis virusnya sendiri bukan antibodi menjadi mutlak," tutur Handoko.
Baca juga: LIPI: Metode digital jadi alternatif terbaik dukung riset saat pandemi
Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2020