Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa siap membentuk tim khusus untuk pengendalian penyebaran COVID-19 di wilayah Surabaya Raya, yang meliputi Kota Surabaya, Kabupaten Sidoarjo dan Kabupaten Gresik.Tim ini gabungan Forkopimda Jawa Timur dan Gugus tugas Surabaya Raya yang dikoordinasi langsung oleh Pangkogabwilhan II
"Tim ini gabungan Forkopimda Jawa Timur dan Gugus tugas Surabaya Raya yang dikoordinasi langsung oleh Pangkogabwilhan II," ujarnya di Surabaya, Sabtu.
Pembentukan tim, kata dia, juga bertujuan untuk mengintensifkan koordinasi dalam sinergi, kolaborasi dan evaluasi sesuai arahan Presiden Joko Widodo yang menegaskan bahwa pengendalian COVID-19 harus dikerjakan bersama-sama.
Baca juga: Mampukah Jatim jawab ultimatum Jokowi terkait COVID-19?
Selain itu, tim nantinya juga akan melakukan rencana aksi berdasarkan arahan presiden yang memberi target waktu selama dua pekan pengendalian penyebaran COVID-19 di wilayah Surabaya Raya.
Rencana aksi antara lain memasifkan tes, pelacakan, isolasi hingga treatment dengan jumlah lebih banyak.
"Salah satunya yaitu dengan menerjunkan 'Tim Gabungan COVID-19 Hunter' Dinas Kesehatan setempat, khususnya di klaster utama Surabaya Raya untuk melakukan tes dan pelacakan minimal 20 orang per kasus positif," ucap Khofifah.
Tak itu saja, lanjut dia, beban rumah sakit juga harus dievaluasi dan relaksasi, yakni pasien ringan harus benar-benar dipisahkan, kemudian terapi harus selalu update dengan para pakar.
Baca juga: Mendagri: Ide penanganan COVID-19 bisa jadi isu kontestan Pilkada 2020
Sementara itu, saat ini mesin PCR yang ada di Jawa Timur kapasitas totalnya 2.250 tes per hari dan dalam seminggu tesnya mencapai 13.500 spesimen.
"Minggu depan rencananya akan dimaksimalkan lagi dengan tambahan mesin PCR serta reagen sesuai kebutuhan," kata orang nomor satu di Pemprov Jatim tersebut.
Khofifah menambahkan, untuk meluaskan sosialisasi protokol kesehatan kepada masyarakat maka pihaknya melibatkan ulama, tokoh agama, tokoh masyarakat, influenser dan pelaku usaha serta elemen strategis lainnya.
Terutama terkait pemakaian masker dan kebiasaan mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, ditambah sistem dukungan serta insentif yang perlu disediakan untuk industri masker maupun media supaya masyarakat terbiasa menggunakannya.
"Ini penting dilakukan karena riset membuktikan bahwa bila 60 persen populasi menggunakan masker kain maka Rate of Transmission (RT) bisa di bawah satu dan kurva bisa turun," tuturnya.
Baca juga: Presiden minta gugus tugas kirim masker sebanyak-banyaknya ke Jatim
Baca juga: Pengendalian COVID-19 di Jatim, Presiden Jokowi beri waktu dua pekan
Pewarta: Fiqih Arfani
Editor: Chandra Hamdani Noor
Copyright © ANTARA 2020