Dilansir Datebook, Senin, berakhirnya serial animasi yang rilis sejak 2014 ini dipicu karena Chong telah keluar dari Cartoon Network untuk mengerjakan proyek lain yang tidak disebutkan namanya.
Lebih lanjut, Chong mengatakan bahwa film ini merupakan salah satu bentuk penyampaian pesan dan pengingat mengenai masih adanya tindakan diskriminasi rasial.
Ada laporan yang mengkhawatirkan tentang meningkatnya kekerasan dan rasisme anti-Asia karena pandemi, pengingat yang tajam tentang perasaan yang memicu ide awal Chong di belakang cerita.
Terlebih, film ini dirilis di tengah gerakan nasional yang dipicu oleh kematian George Floyd, warga sipil kulit hitam lain yang dibunuh oleh polisi.
"Film ini bagi kami adalah ekspresi dari reaksi terhadap itu dan berharap bahwa kami dapat belajar untuk saling memahami sedikit lebih baik," kata Chong.
Meski demikian, ia melihat pelajaran yang menggantung di latar belakang cerita tersebut sebagai hal yang penting untuk sebuah program yang dapat menjadi formatif bagi pemirsa mudanya.
"Saya harap itu membuat mereka berpikir untuk membela orang yang mungkin tidak terlihat seperti mereka atau diperlakukan berbeda dari mereka," kata dia.
"Saya harap ini memberdayakan anak-anak untuk merasa seperti mereka dapat melakukan sesuatu," lanjutnya.
Pesan itu, Chong menambahkan, tidak boleh kontroversial, dan yang paling penting, tujuan utamanya juga untuk memberikan pemirsa pesan informatif dengan sepotong sukacita dan kelegaan.
"Jika sesuatu beresonansi dengan mereka tentang pesan dan bagaimana ceritanya dalam hubungannya dengan keberadaan bersama dan toleransi, itu bagus. Itulah mengapa kami ingin membuat film ini," kata Chong. "Tapi lebih dari itu, aku hanya berharap orang-orang tertawa."
"We Bare Bears: The Movie" tersedia di layanan streaming mulai Selasa, 30 Juni.
Baca juga: MONSTA X ramaikan serial animasi "We Bare Bears"
Baca juga: Pangeran Harry ikut rayakan ulang tahun "Thomas and Friends"
Baca juga: Ilustrator Asterix Obelix, Uderzo meninggal saat tidur di usia 92
Pewarta: Arnidhya Nur Zhafira
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2020