Permintaan itu disampaikan oleh Staf Ahli Diplomasi Ekonomi Menteri Luar Negeri RI, Ina Krisnamurthi, saat sesi seminar yang diadakan oleh Kementerian Luar Negeri RI lewat aplikasi Zoom, Selasa.
"Digital talent harus jadi prioritas, bagaimana mengembangkan kerja sama dengan negara-negara afiliasi," kata Ina saat sesi seminar itu, yang turut dihadiri oleh beberapa perwakilan Indonesia di luar negeri, komunitas diaspora, mahasiswa dan pelajar Indonesia di luar negeri, serta pegiat teknologi rintisan (startup).
Menurut dia, peningkatan jumlah sumber daya manusia bidang digital atau digital talent penting dilakukan karena jumlahnya masih cukup rendah apabila dibandingkan dengan negara lain.
"Indonesia tidak memproduksi digital talent yang cukup, tiap tahunnya, Indonesia hanya memproduksi sekitar 278 ahli untuk populasi per satu juta jiwa," kata Ina mengutip data terbaru dari sebuah lembaga riset.
Baca juga: Indonesia dorong APEC fokus garap ekonomi digital setelah pandemi
Lewat paparannya yang mengompilasi data Kementerian Komunikasi dan Informasi Republik Indonesia pada 2019, Ina menyebut lima profesi bidang digital yang paling banyak diminati industri, di antaranya Data Scientist, Full Stack Developer, Data Engineer, Data Architect, dan Integration Architect.
"Namun, ke depan nanti lima profesi yang akan banyak diburu, antara lain Information Security/Privacy Consultant, Chief Digital Officer, Data Architect, Digital Project Manager, dan Data Engineer," ia menerangkan, dengan mengutip laporan Kominfo pada tahun lalu.
Ia pun mengusulkan perwakilan RI di luar negeri dapat membangun kemitraan terkait pendidikan vokasi bidang digital atau bekerja sama dengan universitas asing untuk mengembangkan lima profesi yang banyak diminati itu di dalam negeri.
Baca juga: ASEAN, China tingkatkan kerja sama ekonomi digital
Dalam sesi seminar yang sama, salah satu pembicara, Italo Gani, mengusulkan Indonesia sebaiknya membentuk kantor perwakilannya di luar negeri agar juga berfungsi sebagai pusat/hub untuk pengembangan kerja sama digital.
"Tujuan hub itu untuk mengenalkan potensi ekonomi digital di Indonesia, meningkatkan literasi, dan menghimpun digital talent," ujar Italo yang telah berkecimpung di dunia ekonomi digital selama kurang lebih 20 tahun. Italo juga merupakan salah satu pendiri dan petinggi Impactto, perusahaan "venture builder" yang fokus mengembangkan model bisnis digital.
Lewat paparannya, ia menyebutkan bahwa banyak warga dan diaspora Indonesia yang punya keahlian, tetapi tidak punya cukup banyak informasi mengenai potensi pengembangan ekonomi digital di Tanah Air. Oleh karena itu, menurut Italo, kantor perwakilan Indonesia di luar negeri dapat menjembatani kekurangan itu.
Pemerintah Indonesia dalam beberapa tahun terakhir fokus menjajaki kemitraan bidang ekonomi digital lewat forum kerja sama di kawasan dan internasional. Kementerian Luar Negeri RI pada 2019 sempat menyelenggarakan "Kemlu for Startup", acara temu bisnis yang mempertemukan pelaku usaha teknologi rintisan, pemberi modal, dan perwakilan asing.
Baca juga: Startup Jepang ciptakan masker cerdas terkoneksi internet
Baca juga: Galang pendanaan saat pandemi, ini yang harus diperhatikan "startup"
Bekraf arahkan pengembangan ekonomi kreatif ke digital
Pewarta: Genta Tenri Mawangi
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2020