Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat kenaikan konsumsi produk kesehatan akibat adanya COVID-19 tidak mempengaruhi laju inflasi pada Juni 2020 sebesar 0,18 persen.Konsumsi untuk produk kesehatan naik dan menyebabkan adanya inflasi tipis, meski tidak memberikan andil pada inflasi Juni
"Konsumsi untuk produk kesehatan naik dan menyebabkan adanya inflasi tipis, meski tidak memberikan andil pada inflasi Juni," kata Kepala BPS Suhariyanto dalam jumpa pers di Jakarta, Rabu.
Suhariyanto mengatakan kelompok kesehatan tercatat mengalami inflasi 0,13 persen pada Juni 2020 dengan inflasi tahun kalender sebesar 1,61 persen dan secara tahunan 4,16 persen.
Namun, andilnya tidak begitu besar dan tidak signifikan untuk mempengaruhi laju inflasi nasional, sama seperti kelompok rekreasi, olahraga dan budaya yang juga mengalami inflasi 0,13 persen dalam periode ini.
Ia menambahkan penyebab terjadinya inflasi pada Juni 2020 masih dominan disumbangkan oleh kelompok makanan, minuman dan tembakau yang mengalami inflasi 0,47 persen serta kelompok transportasi 0,41 persen.
Pemicu tingginya inflasi adalah kenaikan harga daging ayam ras 0,14 persen diikuti telur ayam ras 0,04 persen, tarif angkutan udara 0,02 persen, serta tarif angkutan antarkota dan tarif roda dua online masing-masing 0,01 persen.
"Kenaikan harga daging ayam ras tertinggi terjadi di Gunung Sitoli sebesar 41 persen diikuti Lhokseumawe 37 persen," kata Suhariyanto.
Sebelumnya, BPS mencatat terjadinya inflasi pada Juni 2020 sebesar 0,18 persen, atau relatif rendah dibandingkan periode sama tahun-tahun sebelumnya karena turunnya daya beli masyarakat akibat COVID-19.
Dengan perkembangan tersebut, maka laju inflasi tahun kalender Januari-Juni 2020 tercatat sebesar 1,09 persen, dan secara tahunan sebesar 1,96 persen.
Baca juga: BPS catat inflasi pada Juni 0,18 persen
Baca juga: BPS: kenaikan harga daging ayam dan telur picu inflasi Juni 2020
Baca juga: IHSG menguat jelang rilis data inflasi Juni
Pewarta: Satyagraha
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2020