Alat ini bernama 'accelerograph' yaitu instrumen yang digunakan untuk merekam guncangan permukaan tanah
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) segera memasang alat sensor di sejumlah wilayah di Jawa Tengah yang berfungsi merekam guncangan permukaan tanah saat terjadi gempa bumi.
"Alat ini bernama 'accelerograph' yaitu instrumen yang digunakan untuk merekam guncangan permukaan tanah yang sangat kuat serta mengukur percepatan permukaan tanah," kata Kepala Stasiun Geofisika Banjarnegara (BMKG Banjarnegara) Setyoajie Prayoedhie di Banjarnegara, Kamis.
Baca juga: BMKG pastikan bunyi dentuman di Jateng bukan bersumber dari gempa
Dia menjelaskan, pihaknya telah melakukan peninjauan lapangan sejumlah kabupaten/kota di Jawa Tengah untuk menentukan lokasi pemasangan peralatan tersebut.
"Harapannya dengan terpasangnya peralatan ini maka akan membantu memberikan data akurat kepada pemerintah daerah terdampak pada saat terjadi gempa yang merusak," katanya.
Selain itu, kata dia, peralatan tersebut diharapkan dapat memberikan data akurat mengenai tingkat kerentanan seismik di setiap wilayah sebagai bagian dari upaya mitigasi bencana gempa.
Baca juga: Pascagempa Dieng, BPBD nyatakan belum ada laporan kerusakan
"Dengan adanya data akurat mengenai tingkat kerentanan diharapkan dapat menjadi acuan dalam membuat bangunan tahan gempa dan upaya-upaya lain guna meminimalkan kerusakan bangunan jika kembali terjadi bencana gempa," katanya.
Dia juga menambahkan enam lokasi yang telah dilakukan peninjauan antara lain Kota Pekalongan, Kabupaten Pemalang, Kabupaten Kendal, Kabupaten Kudus, Kabupaten Jepara dan Kabupaten Demak.
Baca juga: BMKG: Baru 70 persen wilayah Jateng masuki kemarau
"Enam lokasi ini merupakan bagian dari rencana pemasangan 70 sensor accelerograph secara keseluruhan di Indonesia untuk tahun 2020. Titik pemasangan diharapkan berlokasi di dekat Kantor BPBD masing-masing," katanya.
Dia menambahkan secara spesifikasi, peralatan itu akan ditempatkan di dalam dua area.
"Yaitu pemasangan sangkar alat di luar gedung dan pemasangan peralatan pendukung di dalam gedung," katanya.
Baca juga: BMKG: Awal musim kemarau di Jateng selatan mundur
Kriteria yang menjadi perhatian utama, tambah dia, adalah ketersediaan jaringan listrik, jarak maksimal antara sangkar sensor dengan peralatan pendukung maksimal 80 meter, aman dari banjir, tidak ada rongga di bawah sensor dan lain sebagainya," katanya.
Setelah selesai melakukan peninjauan lokasi, kata dia, maka akan segera ditindaklanjuti dengan kegiatan instalasi perangkat di lokasi-lokasi tersebut.
Baca juga: Jateng selatan-pegunungan tengah masuki masa transisi, sebut BMKG
Pewarta: Wuryanti Puspitasari
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2020