"Penanganan, dalam konteks pencegahan COVID-19 di desa, kami nilai sangat efektif, sangat efisien, karena cakupannya kecil, sehingga pencermatannya menjadi lebih detail," kata Mendes dalam konferensi pers Kemendes PDTT di Jakarta, Kamis.
Berdasarkan data yang diperoleh Kemendes PDTT, Halim mengakui bahwa jumlah Orang Dalam Pemantauan (ODP) di tingkat desa jauh lebih banyak, yaitu 188.787 orang, dibandingkan angkanya di tingkat pusat sebesar 40.778 orang.
Meskipun demikian, jumlah pasien dalam pengawasan (PDP) di tingkat desa, katanya, jauh lebih kecil, yaitu sebanyak 909 kasus, dibandingkan angka PDP di tingkat pusat, yang saat ini mencapai 13.359 orang.
"Ini artinya bahwa locusing atau localising urusan ODP di desa ini sangat efektif. Makanya bisa saya katakan bahwa desa adalah garda terdepan dalam penerapan new normal," ujarnya.
Kemudian, dalam upaya merangsang kembali geliat ekonomi di desa menghadapi tatanan kebiasaan baru di desa, Kemendes PDTT berupaya membuka sejumlah tujuan wisata yang ada di desa.
"Kemarin, misalnya saya ke Goa Pindul di Gunung Kidul, di DIY (Daerah Istimewa Yogyakarta), belum buka. Dan saya bilang segera dibuka, karena semua tujuan wisata sudah mulai dibuka, mal-mal juga sudah mulai dibuka," kata dia.
Untuk itu, agar aktivitas masyarakat tetap aman dari bahaya COVID-19, ia mengajak seluruh masyarakat di desa untuk tetap menerapkan protokol kesehatan secara ketat.
"Yang terpenting adalah penerapan protokol kesehatan secara ketat. Misalnya saya ilustrasikan di Goa Pindul, 10 orang saja, kemudian berjarak dan seterusnya," demikian kata Halim.
Pewarta: Katriana
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2020