"Proyek ini sudah jalan, dan kami harap awal tahun depan sudah mulai produksi," kata Luhut di Batam, Kepulauan Riau, Kamis.
Ia menyatakan semestinya produksi semestinya sudah dimulai akhir tahun ini, namun karena pandemi COVID-19, maka tertunda.
Baca juga: PT TBJ dapat kuota ekspor bauksit 2,2 juta ton
Rencananya industri itu akan mempekerjakan sekitar 20.000 orang, dan sekitar 1.800 hingga 2.000 orang di antaranya adalah tenaga kerja asing, sedangkan yang lainnya adalah pekerja Indonesia.
Pekerja asing didatangkan dari Tiongkok dan Taipeh. Saat ini yang sudah mulai bekerja sebanyak 500 orang, dan jumlahnya masih akan berputar dan bertambah.
"Karena dia membangun listrik sampai 1.800 mega watt untuk menggerakkan industri," kata dia.
Saat ini, kata dia, sejumlah anak Indonesia sudah mulai dilatih, bahkan dibangun Politeknik untuk meningkatkan kemampuan pekerja lokal melalui transfer teknologi dari pekerja asing.
Baca juga: Bintan Alumina Indonesia butuh 20.000 pekerja
Pekerjaan dengan teknologi tinggi juga masih banyak dikerjakan pekerja asing, dan seiring transfer teknologi, maka jumlahnya akan terus berkurang, digantikan pekerja Indonesia.
"Mereka datang buat lapangan kerja, membuat nilai tambah, transfer teknologi dan kita dapat uang juga, tentu dia dapat untung juga," kata Luhut.
Menurut dia, industri pengelolaan bauksit menjadi alumina itu adalah bagian proyek penting.
"Karena kita akan mendapatkan produk-produk hilirnya. Apa yang kita dapat nanti bisa sampai pada badan pesawat terbang, bikin baju, bikin bungkusan dari alumunium dan turunannya sangat banyak, sampai alat elektronik," kata dia.
Di tempat yang sama Gubernur Kepri Isdianto menyatakan pengolahan alumina membutuhkan banyak tenaga kerja.
Meski perusahaan juga mempekerjakan TKA, namun ada transfer teknologi yang dilakukan.
Pewarta: Yuniati Jannatun Naim
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2020