Kasubdit Penyiapan Program Bioenergi Ditjen EBTKE Kementerian ESDM, Trois Dilisusendi mengatakan bahwa hingga saat ini realisasi pemaanfaatan bio energi di tanah air masih rendah, yakni baru sebesar 9,15 persen dari total 23 persen yang ditargetkan di dalam Rencana Umum Energi Nasional (RUEN).
"Khusus untuk biogas sendiri, target pada 2025 yakni sebesar 489 juta m3. Dan saat ini capaian kita baru 26 juta m3. Jadi gap-nya masih besar," kata Trois dalam webinar yang diselenggarakan oleh Asosiasi Bio-Gas Indonesia (ABGI), Selasa.
Dia melanjutkan, saat ini pemerintah tengah membagi dua program pemanfaatan biogas, yakni untuk rumah tangga dan industri. Dari segi pemanfaatan, biogas bisa untuk menghasilkan listrik, panas, serta bahan bakar. Dan sumbernya antara lain yakni dari kotoran hewan/manusia, air limbah, makanan sisa, dan tumbuh-tumbuhan.
Dan pemerintah pun sudah membangun biogas rumah tangga 47.505 unit, dan menghasilkan biogas sebanyak 75.044,2 m3 gas/hari atau 26,72 juta gas/tahun. Anggaran pembangunan biogas rumah tangga tersebut berasal dari APBN Kementerian ESDM, donor, dana alokasi khusus (DAK), anggaran kementerian/lembaga (K/L) lain, dan swasta.
"Selain itu pemerintah juga telah membangun biogas komunal pesantren, sejak tahun 2016, di 20 pesantren yang tersebar di 10 provinsi," ujar Trois.
Selain itu, Pembangkit Listrik Tenaga Biogas (PLTBg) juga telah dibangun di sejumlah wilayah, dengan kapasitas terpasang saat ini sebesar 96,21 mega watt (MW). Kemudian saat ini pemerintah pun tengah melakukan kajian untuk menghasilkan Bio CNG, yakni biogas yang terkompresi dengan kadar gas metan lebih dari 95 persen. Bahan baku Bio CNG ini yaitu biomassa seperti limbah cair kelapa sawit (POME), king grass, dan lain-lain.
"Nanti akan diluncurkan untuk konsumen rumah tangga sebagai substitusi LPG. Lalu juga akan dipasarkan untuk bahan bakar alat transportasi (BBG)," ucap Trois.
Pewarta: PR Wire
Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2020