"Pengecekan tersebut meliputi kualitas warnanya, baunya, bebas kutu dan lainnya," kata Direktur Operasi Bulog, Tri Wahyudi Saleh dalam pernyataan yang diterima di Jakarta, Jumat.
Tri mengatakan, melalui pengawasan yang ketat tersebut, Perum Bulog tidak segan-segan untuk membuang beras yang tidak sesuai standar dan tidak layak disalurkan.
Baca juga: Semester satu, Bulog serap gabah petani 700.000 ton
"Bahkan pernah ada kasus 50 ton beras di-reject setelah tidak lolos proses quality control Bulog karena memang tidak layak untuk diberikan," katanya.
Ia juga menegaskan beras yang disalurkan kepada keluarga penerima manfaat tersebut merupakan beras premium, bukan beras yang bermutu jelek.
"Jadi memang bukan sembarang beras seperti yang ramai diberitakan sebelumnya, seperti beras raskin yang dibagikan. Jadi benar-benar beras premium bukan medium," katanya.
Sebelumnya, Perum Bulog sudah memberikan bantuan berupa beras premium 25 kilogram dalam dua tahap kepada masyarakat di wilayah Jakarta dan sekitarnya yang terdampak COVID-19.
Penyaluran tahap pertama sudah berlangsung pada 5-22 Mei 2020 dengan total beras mencapai 36.440 ton untuk 1.457.612 penerima bantuan.
Baca juga: Utang Rp2,61 triliun, Bulog minta pemerintah lakukan pelunasan
Kemudian, penyaluran tahap kedua berlangsung pada 1-15 Juni 2020 dengan total beras mencapai 46.546 ton untuk 1.861.856 penerima bantuan.
Salah satu warga RT 01, Kelurahan Wijaya Kusuma, Kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat, Desi Kurniawati mengapresiasi penyaluran beras premium yang dilakukan Perum Bulog.
"Berasnya bagus tidak berkutu dan tidak hancur, dari warna juga putih tidak keruh dan tidak hitam," katanya.
Hal serupa juga diungkapkan Sekretaris RW 07 Azis Ajiantoro yang mengatakan beras premium mempunyai keunggulan karena mutunya bagus dan lebih tahan lama.
Ia menambahkan penyaluran beras premium ini juga memudahkan dirinya sebagai pengurus RW karena pembagian beras ke warga menjadi lebih efektif dan mudah.
"Karena beras itu disimpan, jadi lebih mudah kita masak walaupun kekurangan tidak bisa membeli sembako kita masak pakai garam jadi bisa makan," kata Azis.
Pewarta: Satyagraha
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2020