"Dua jembatan hanyut Jumat kemarin sekitar pukul 16.00 Wita. Satu jembatan ada di Desa Tulabolo," kata Kepala Desa Tulabolo Hartian Kono, Sabtu.
Jembatan beratap dengan konstruksi kayu tersebut, merupakan satu-satunya alternatif penghubung antardesa.
Jembatan di Sungai Tulabolo yang merupakan anak Sungai Bone, memiliki panjang 10 meter dengan lebar 2,5 meter yang dibangun dari dana PNPM tahun 2008.
Sedangkan jembatan di Dusun Mono Desa Tulabolo Timur, memiliki konstruksi yang sama dengan panjang sekitar delapan meter dan lebar 2,5 meter.
Baca juga: TNI dirikan dapur umum bantu korban banjir Gorontalo
Baca juga: Kementerian PUPR salurkan air bersih untuk korban banjir Gorontalo
Terputusnya akses jalan membuat warga terpaksa menggunakan rakit bambu, untuk menyeberang sungai.
"Saya menyewakan rakit lima ribu rupiah per orang. Rakitnya baru saya buat kemarin," kata pemilik rakit di Desa Tulabolo, Sugondo.
Selain rakit, sejumlah warga juga menyediakan jasa angkut sepeda motor dengan tarif Rp50 ribu rupiah per unit.
Berdasarkan pantauan Sabtu sore, ratusan warga masih berusaha menyeberang dengan rakit.
Suwawa Timur merupakan salah satu wilayah yang terdampak banjir pada Jumat (3/7), akibat luapan Sungai Bone.
Dari data Pemda Kabupaten Bone Bolango, terdapat enam desa yang terdampak banjir di Kecamatan tersebut dengan jumlah korban banjir 544 Kepala Keluarga (KK) atau 2.000 jiwa.
Suwawa Timur merupakan wilayah yang berbatasan dengan kawasan Taman Nasional Bogani Nani Wartabone (TNBNW).
Baca juga: 4.141 korban banjir padati 12 pengungsian di Kota Gorontalo
Baca juga: Banjir bandang landa sejumlah wilayah di Kota Gorontalo
Baca juga: Bupati: Banjir Bone Bolango berdampak pada 12 ribu warga
Pewarta: Debby H. Mano
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2020