"Jadi intinya surveilans itu harus dilakukan di kalangan peternak," kata Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Prof Amin Soebandrio saat dihubungi di Jakarta, Senin.
Secara sederhana, masyarakat yang bekerja sebagai peternak atau bisnis di bidang peternakan babi harus lebih meningkatkan kewaspadaan. Kemudian ternak-ternak tersebut juga harus rutin diperhatikan apabila ada gejala yang menunjukkan infeksi virus G4.
"Kalau tiba-tiba muncul gejala infeksi saluran napas baik ternak maupun manusia, harus segera diselidiki," katanya.
Baca juga: Eijkman: Waspadai flu babi G4 jadi pandemi
Baca juga: Flu babi tidak mengarah ke pandemi, Beijing diperlonggar
Untuk ciri-ciri dari penyakit tersebut, ujar Amin, juga sama dengan kejadian pandemi H1N1 2009 yaitu menyerang saluran pernapasan.
Khusus di lembaga biologi tersebut telah memiliki emerging virus research unit untuk surveilans secara rutin dan meneliti adanya kemungkinan infeksi virus yang bisa menyerang saluran pernapasan.
Sehingga jika ada kasus-kasus misalnya kejadian luar biasa di suatu tempat terkait infeksi saluran pernapasan akut maka Lembaga Biologi Molekuler Eijkman bisa melakukan pemeriksaan.
Ia mengatakan penularan virus tersebut dari satu hewan ke hewan lainnya hingga ke manusia dapat terjadi melalui percikan air liur atau droplet.
"Terakhir saya mengimbau masyarakat agar lebih meningkatkan kewaspadaan karena tidak hanya COVID-19 dan flu babi saja tapi masih ada virus-virus lainnya di sekitar kita," katanya.*
Baca juga: Karantina Lampung perketat pengawasan lalu lintas ternak babi
Baca juga: Kalbar masih aman dari kasus virus flu babi
Pewarta: Muhammad Zulfikar
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2020