• Beranda
  • Berita
  • Kanada soroti isu gender dalam dukung UMKM ASEAN di tengah pandemi

Kanada soroti isu gender dalam dukung UMKM ASEAN di tengah pandemi

7 Juli 2020 09:45 WIB
Kanada soroti isu gender dalam dukung UMKM ASEAN di tengah pandemi
Tangkapan layar: Duta Besar Kanada untuk ASEAN Diedrah Kelly (kanan atas) dan analis kebijakan OECD, Annie Norfolk Beadle (bawah), dalam seminar virtual Hack The Crisis yang diselenggarakan oleh Impact Hub Jakarta, Senin (6/7/2020) malam. (ANTARA/Suwanti)

Kesetaraan dan sensitivitas gender juga selalu menjadi fokus penting dalam proyek ini

Kanada menyoroti isu kesetaraan gender dalam Canada-OECD Project for ASEAN SMEs (COPAS), sebuah proyek dukungan terhadap usaha mikro, kecil, dan menengah ( UMKM) di negara-negara Asia Tenggara, termasuk di tengah situasi pandemi saat ini.

"Kesetaraan dan sensitivitas gender juga selalu menjadi fokus penting dalam proyek ini," ujar Duta Besar Kanada untuk ASEAN Diedrah Kelly dalam seminar virtual Hack The Crisis yang dilangsungkan pada Senin (6/7) malam.

"Salah satu area sorotan adalah kewirausahaan perempuan serta peningkatan kesadaran para pembuat kebijakan akan pemahaman terhadap kesempatan dan tantangan, karena perempuan dan perempuan muda menghadapi tantangan tersendiri," kata dia menjelaskan.

Kanada adalah salah satu negara yang mempunyai "kebijakan luar negeri feminis" atau "kebijakan bantuan internasional feminis", yang berarti pada setiap kebijakan pemerintah akan ada penerapan "Analisis Berbasis Gender Plus" (Gender-Based Analysis Plus/GBA+).

"Kami memahami bahwa dampak dari tantangan khusus tersebut tak hanya dirasakan oleh perempuan, tetapi juga kelompok marjinal lain," kata Kelly.

Baca juga: Survey: 65 persen bisnis kecil prioritaskan investasi teknologi
Baca juga: BNI dorong UMKM naik kelas dengan mengangkat tujuh kain tradisional


Mengenai dukungan terhadap sektor UMKM, Kelly menyebut bahwa UMKM adalah tulang punggung perekonomian di Kanada dan juga ASEAN dengan menyumbang 88-99% pendirian bisnis serta 52-97% penyerapan pegawai di negara-negara ASEAN--angka yang disebutnya signifikan.

Pandemi COVID-19, khususnya situasi di bawah kebijakan karantina wilayah, berdampak negatif pada sektor UMKM di ASEAN, demikian menurut analis kebijakan OECD (Organisasi Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan), Annie Norfolk Beadle.

Dampak tersebut antara lain dalam hal keuangan, mengingat kondisi UMKM yang mempunyai dana cadangan dan akses pinjaman dana yang lebih terbatas dibanding perusahaan besar.

Selain itu, dengan akses terhadap informasi dan jaringan yang juga terbatas, UMKM mungkin kesulitan untuk menentukan arah usaha di tengah krisis.

Lebih lanjut, Annie menjelaskan bahwa melalui program COPAS, Kanada mengupayakan tiga poin dukungan terhadap ekosistem UMKM di ASEAN di tengah pandemi COVID-19.

Ketiganya adalah dialog kebijakan berupa kajian atas kebijakan yang diambil oleh negara anggota ASEAN, dukungan kapasitas untuk membantu dalam hal ketersampaian kebijakan, serta advokasi agar inklusif serta untuk pihak paling terdampak krisis--termasuk di dalamnya adalah perempuan pelaku wirausaha.

Baca juga: Rachmat Gobel minta pemerintah percepat pemulihan UMKM
Baca juga: PPI gandeng UMKM, petani dan nelayan sebagai mitra percepatan ekspor
 

Pewarta: Suwanti
Editor: Mulyo Sunyoto
Copyright © ANTARA 2020