"Kami juga berharap pada akhir tahun Renstra (rencana strategis) 2024 akan memiliki prototipe bahan bakar reaktor daya yang apabila nanti Indonesia memiliki PLTN kami siap untuk mendosmetifikasi, artinya kurangi ketergantungan impor," kata Kepala Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir (PTBBN) Agus Sumaryanto dalam seminar virtual Pengelolaan Limbah Radioaktif dan Limbah B3, Jakarta, Selasa.
Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir juga berharap pada tahun Renstra 2020-2024, dapat menghasilkan prototipe bahan bakar reaktor riset yang lebih efisien,efektif dan ekonomis dibanding yang sekarang.
"Tentunya kita berharap lebih advanced, lebih maju dibandingkan negara lain," tutur Agus.
Baca juga: Batan: Energi nuklir disinergikan dengan energi terbarukan
Baca juga: Batan: Nuklir sebagai solusi ketahanan energi yang ramah lingkungan
Agus menuturkan kemandirian bangsa Indonesia dalam bahan bakar reaktor tersebut yang terus diupayakan ke depan.
Dengan demikian, dapat melakukan substitusi impor dan menjadi mandiri khususnya di bidang bahan bakar nuklir.
PTBBN melaksanakan penelitian, pengembangan, pengkajian dan penerapan (litbangjirap) teknologi bahan bakar nuklir.
Hasil litbangjirap PTBBN antara lain bahan bakar nuklir reaktor riset yang telah digunakan di RSG-GAS lebih dari 20 tahun. Seluruh bahan bakar nuklir yang digunakan di Reaktor Serba Guna - G.A. Siwabessy (RSG-GAS) merupakan buatan anak bangsa Indonesia.
Reaktor Serba Guna - G.A. Siwabessy adalah sebuah reaktor nuklir serba guna berkapasitas 30 megawatt (MW) milik Indonesia.
RSG G.A. Siwabessy merupakan satu-satunya reaktor yang terbesar di Asia Tenggara. Hingga saat ini, hanya ada dua reaktor riset serba guna sebesar itu di dunia yakni di Indonesia dan Korea Selatan.
Reaktor riset serba guna di Korea Selatan adalah High-Flux Advanced Neutron Application Reactor (HANARO), yang berkapasitas 30 MW yang berlokasi di Daejeon.
PTBBN memiliki dua instalasi besar yakni Instalasi Elemen Bakar Eksperimental (IEBE) dan Instalasi Radio Metalurgi (IRM).
"Instalasi Radio Metalurgi, instalasi pabrikasi bahan bakar ini hanya ada lima di Asia, yakni di India, Korea Selatan, Jepang, China dan Indonesia," tutur Agus.*
Baca juga: Bisa bunuh mikroba dan virus, Batan buat alat sterilisasi UV-C
Baca juga: Indonesia terima bantuan RT-PCR untuk deteksi COVID-19 dari IAEA
Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2020