• Beranda
  • Berita
  • Jadi prioritas nasional komersialisasi bawang merah varietas baru IPB

Jadi prioritas nasional komersialisasi bawang merah varietas baru IPB

7 Juli 2020 17:49 WIB
Jadi prioritas nasional komersialisasi bawang merah varietas baru IPB
Lahan demplot tempat riset bawang merah IPB University. (FOTO ANTARA/HO-Humas IPB University)

Riset itu merupakan kelanjutan dari penelitian sebelumnya yang dilakukan Pusat Kajian Hortikultura Tropika (PKHT) Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) IPB University

Riset yang dilakukan IPB University dengan judul Komersialisasi Bawang Merah Varietas Baru untuk Stabilisasi Suplai Bawang Merah Nasional yang diketuai Prof Dr MA Chozin terpilih menjadi salah satu Riset Prioritas Nasional (PRN).

Menurut keterangan yang diterima ANTARA di Jakarta, Selasa, disebutkan bahwa riset itu merupakan kelanjutan dari penelitian sebelumnya yang dilakukan Pusat Kajian Hortikultura Tropika (PKHT) Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) IPB University.

"Produksi yang tinggi akan menyebabkan harga bawang merah stabil, harga bawang merah yang stabil maka konsumen akan semakin tertarik untuk mengonsumsinya," kata Prof Chozin.

Penelitian dilakukan terhadap bawang merah varietas Tajuk yang memiliki keunggulan dalam produktivitas tinggi untuk jenis dataran rendah, mencapai 16 ton per hektar. Selain itu jenis itu juga mampu beradaptasi dengan baik pada musim kemarau dan tahan hujan, dengan wilayah adaptasi di dataran rendah Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur.

Selain itu penelitian juga dilakukan terhadap bawang merah varietas SS Sakato dengan produktivitas tinggi mencapai 28 ton per hektare dan memiliki wilayah adaptasi di dataran tinggi di Kabupaten Solok, Sumatera Barat.

Benih dari varietas-varietas baru itu belum tersedia dalam jumlah banyak dan perlu dikomersialkan karena sudah terbukti unggul di lapangan, kata dia.

Ketersediaan benih unggul dari kedua varietas baru itu diharapkan dapat meningkatkan produktivitas dan mendukung stabilitas produksi bawang merah nasional.

Berbeda dengan bawang impor, bawang merah Tajuk memiliki aroma kuat dan memiliki daya adaptasi baik di dataran rendah Indonesia. Sementara itu, SS Sakato memilik ukuran umbi cukup besar dan beradaptasi di dataran tinggi.

Sementara itu, bawang merah impor memiliki aroma kurang kuat dan tidak memiliki daya adaptasi yang baik pada agroklimat di beberapa sentra produksi di Indonesia.

Kegiatan riset komersialisasi bawang merah varietas baru ini akan melibatkan pengguna varietas yaitu produsen benih, petani, produsen bawang merah olahan dan konsumen (pemasar) sehingga produk yang dihasilkan dapat segera diterima oleh pasar.

Uji coba lapang akan dilakukan di kebun petani dengan benih dan sarana produksi yang disediakan oleh pengelola kegiatan, sedangkan lahan dan tenaga kerja disediakan oleh petani mitra. Benih bawang merah varietas baru akan diproduksi secara masal bekerja sama dengan petani penangkar atau produsen benih.

Varietas yang diperoleh dan teknologi yang dikembangkan akan dikomersialkan di beberapa sentra produksi melalui kerja sama dengan produsen atau penangkar benih.

Teknologi produksi akan diujicobakan di lahan petani mitra Solok dan Nganjuk dengan membuat demplot (demonstration plot). Lahan demplot selain untuk uji coba teknologi juga merupakan lahan belajar bagi petani yang akan mengadopsi teknologi budidaya bawang merah yang dikembangkan.

Riset itu sendiri dilakukan karena bawang merah telah menjadi komoditas bahan pokok yang tidak dapat disubstitusi produk lain.

Jika terjadi ketidakstabilan pasokan sepanjang tahun akan terjadi fluktuasi harga pada komoditas bawang merah ini. Gejolak harga bawang merah ini akan berdampak kepada aksesibilitas masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan pangan dan juga berpengaruh kepada kondisi perekonomian nasional.

Saat ini produksi bawang merah didominasi oleh Kabupaten Brebes, Jawa Tengah dengan sekitar 19,32 persen dari produksi nasional. Kondisi ini menyebabkan harga menjadi meningkat apabila produksi bawang merah di Brebes terganggu.

Hal ini dapat diatasi dengan menyebar sentra produksi bawang merah ke daerah lain yang memiliki karakteristik lahan dan iklim berbeda dengan Brebes.

Baca juga: IPB teliti virus utama pada tanaman bawang

Baca juga: Cegah harga anjlok, alumni IPB beli 2,5 ton bawang merah


Baca juga: Petani Brebes tidak nikmati kenaikan harga bawang

 
Bawang hasil riset IPB University. (FOTO ANTARA/HO-Humas IPB University)

Pewarta: Prisca Triferna Violleta
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2020