• Beranda
  • Berita
  • Pemerintah larang mars "Glory to Hong Kong" dinyanyikan di sekolah

Pemerintah larang mars "Glory to Hong Kong" dinyanyikan di sekolah

8 Juli 2020 16:28 WIB
Pemerintah larang mars "Glory to Hong Kong" dinyanyikan di sekolah
Seorang polisi mengangkat senjata semprotan merica saat ia menahan seorang pria saat demonstrasi atas undang-undang keamanan nasional dalam peringati penyerahan Hong Kong ke China dari Britain di Hong Kong, China, Rabu (1/7/2020). ANTARA FOTO/REUTERS/Tyrone Siu/nz/cfo (REUTERS/Tyrone Siu/TYRONE SIU)

Sekolah harus tidak membiarkan siswa memainkan, menyanyi, atau merekam lagu itu di sekolah

Otoritas di Hong Kong pada Rabu melarang pelajar menyanyikan mars "Glory to Hong Kong" di sekolah beberapa jam setelah parlemen China memberlakukan Undang-Undang Keamanan Nasional di kota semi-otonom tersebut.

"Glory to Hong Kong" merupakan lagu yang kerap dinyanyikan oleh massa aksi pro-demokrasi.

UU Keamanan Nasional yang berlaku di Hong Kong mewajibkan seluruh perangkat di kota itu untuk "mempromosikan pentingnya pendidikan tentang keamanan nasional di sekolah-sekolah dan universitas melalui organisasi sosial, media, dan dunia maya".

Larangan tersebut membuat banyak pihak kembali khawatir UU baru itu mengekang kebebasan di Hong Kong, kota terbebas di China. Pasalnya, beberapa hari sebelumnya, perpustakaan publik menghapus buku-buku yang ditulis oleh aktivis dan tokoh gerakan pro-demokrasi dari daftar katalognya.

Baca juga: Carrie Lam: UU keamanan Hong Kong bukan "malapetaka, kesuraman"
Baca juga: Australia berencana ikut jejak Inggris beri visa ke warga Hong Kong


Otoritas di Hong Kong juga melarang warga menyerukan slogan "Bebaskan Hong Kong, ini waktunya revolusi" ("liberate Hong Kong, revolution of our time") saat beleid baru itu berlaku minggu lalu.

UU sapu jagat yang dibuat China untuk Hong Kong itu akan menghukum keras para pelaku makar, subversi, teror, dan kolusi atau kerja sama dengan pasukan bersenjata asing dengan ancaman penjara seumur hidup.

Kepala bidang pendidikan Hong Kong, Kevin Yeung, saat menjawab pertanyaan anggota dewan perwakilan rakyat, mengatakan para pelajar tidak seharusnya terlibat dalam aksi boikot kelas dan tidak menyerukan slogan, membentuk rantai manusia, atau menyanyikan lagu yang berisi pesan politik.

"Lagu 'Glory to Hong Kong' yang menggambarkan aksi massa pada Juni tahun lalu memuat pesan politik yang kuat dan terkait erat dengan insiden politik dan sosial, kekerasan, serta aksi-aksi melanggar hukum yang berlangsung sampai berbulan-bulan," kata Yeung. "Sekolah harus tidak membiarkan siswa memainkan, menyanyi, atau merekam lagu itu di sekolah," tegas dia.

China pada Rabu membuka kantor keamanan baru di Hong Kong. Pemerintah mengubah sebuah hotel dekat taman kota yang kerap menjadi tempat berkumpul massa pro-demokrasi, jadi markas kantor keamanan nasional.

Pejabat pemerintah China dan di Kota Hong Kong mengatakan UU baru itu penting untuk mengisi celah pada sektor pertahanan dan keamanan nasional. Celah itu terbuka saat ribuan massa menggelar unjuk rasa anti-pemerintah dan anti-China tahun lalu.

Para pejabat itu berpendapat otoritas kota gagal membuat hukumnya sendiri. Hong Kong memiliki dasar konstitusi sendiri yang disebut Basic Law.

Penentang pemerintah mengatakan UU baru itu merupakan alat untuk mengekang oposisi, sementara para pendukungnya berdalih beleid tersebut bertujuan memelihara stabilitas kota.

Lewat pernyataan tertulisnya bulan lalu, kantor perwakilan China di Hong Kong menyebut kelompok politik punya "motif terselubung" yang bertujuan menyebabkan "kericuhan di sektor pendidikan Hong Kong".

Sumber: Reuters

Baca juga: China ubah hotel Hong Kong jadi kantor baru keamanan nasional
Baca juga: TikTok setop operasi di Hong Kong

Pewarta: Genta Tenri Mawangi
Editor: Mulyo Sunyoto
Copyright © ANTARA 2020