"Meski sudah ditetapkan menjadi Cagar Alam Danau Dendam untuk melindungi flora endemik itu, namun keberadaannya semakin sulit ditemukan," kata Kasi Wilayah II Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Provinsi Bengkulu, Jaja Mulyana, Jumat.
Ia mengatakan, keberadaan flora dilindungi itu terancam punah akibat perambahan di kawasan Cagar Alam Dusun Besar yang menjadi habitatnya.
Meski telah dilakukan ujicoba penyebaran kembali bunga hasil penangkaran tim BKSDA, namun daya adaptasinya sangat rendah.
"Kami sudah beberapa kali melakukan ujicoba penyebaran tapi adaptasinya sangat kecil. Sudah ratusan yang disebar tim tapi belum menunjukkan tanda-tanda kehidupan," katanya.
Uji coba penyebaran telah dilakukan sejak tahun 2005 dengan menanam 20 batang dan tahun 2008 427 batang tapi belum menunjukkan hasil.
BKSDA menargetkan penyebaran 5.000 batang anggrek baru hasil penyemaian bidang Pengendali Ekosistem Hutan (PEH), namun program ini berjalan lamban karena untuk memperbanyak tanaman tersebut sangat susah.
Sekalipun angrek hasil penangkaran banyak yang berbunga tapi jarang ada bijinya sehingga petugas kesulitan mendapatkan bibit anggrek tersebut.
Anggrek ini memiliki bentuk dan warna yang khas dan mempunyai kesegaran bunga yang cukup lama yakni mencapai 22 hari.
Keindahan anggrek ini mampu menawan pemerintah dan masyarakat Inggris sehingga pada 1882 dan dinobatkan sebagai "Ratu Anggrek" dan mendapat hadiah "First Class Certificate".
Diharapkan, ke depan tanaman vanda hookeriana ini dapat menjadi daya tarik bagi wisatawan yang ingin melihat kawasan wisata DDTS.
(*)
Pewarta: luki
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2009