Menteri Riset dan Teknologi (Menristek)/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Bambang PS Brodjonegoro mengatakan sebagian besar virus corona penyebab COVID-19 besar hasil urutan genom di Indonesia mempunyai kesamaan dengan Wuhan, China.sebagian besar tipe virus corona di Indonesia, termasuk kelompok L yang sama dengan Wuhan
Sejauh ini Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman sudah mengirim 10 hasil WGS dan Universitas Airlangga mengirimkan lima WGS ke bank data Global Initiative on Sharing All Influenza Data (GISAID).
Baca juga: Menristek: 100.000 unit tes cepat tengah diproduksi dalam negeri
"Hasilnya dari 15 WGS yang telah dikirimkan, diketahui sebagian besar tipe virus yang berkembang di Indonesia, termasuk kelompok L yang mempunyai kesamaan dengan Wuhan, China," kata Menristek Bambang dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Kamis.
Bambang menuturkan dari 15 WGS yang dikirimkan, satu termasuk kelompok S yang sama dengan COVID-19 di Eropa, dan satu termasuk kelompok O atau jenis virus COVID-19 lainnya yang belum dikenali.
Baca juga: Indonesia hasilkan lima ventilator yang masuk tahap produksi
Menristek mengatakan saat ini lebih dari 60.000 WGS telah diterima GISAID dari berbagai negara di dunia.
GISAID sudah mengklasifikasi virus corona dalam beberapa kelompok yaitu S, G, GR, GH, V, L dan O (others).
Ia menjelaskan hasil terkini penelitian _Whole Genome Sequencing_ (WGS) virus Corona yang telah dilakukan Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman dan _Institute Tropical Disease_ (ITD) Universitas Airlangga.
Whole Genome Sequencing (WGS) dapat menjadi dasar bagi peneliti untuk tetap berinovasi dalam menciptakan vaksin COVID-19 yang tepat untuk kasus di Indonesia.
Baca juga: Menristek uji usap di laboratorium mobile BSL-2
WGS penting untuk mengetahui klasifikasi jenis virus, dalam kaitannya dengan pengembangan vaksin di Indonesia.
Dalam pengembangan vaksin COVID-19 di Indonesia, Kemristek melakukan langkah ganda yakni melakukan kegiatan penelitian dan produksi vaksin COVID-19 secara mandiri yang berbasis strain virus di Indonesia.
Pengembangan vaksin jenis itu akan menggunakan metode protein rekombinan dan penelitiannya dipimpin oleh LBM Eijkman.
Baca juga: Menristek: 10 tren baru teknologi selama normal baru
Kemristek juga mengembangkan vaksin melalui kolaborasi dan kerja sama luar negeri khususnya dengan perusahaan farmasi antara lain saat ini dengan China karena virus yang menyebar di Indonesia memiliki kesamaan dengan yang berkembang di China.
Indonesia tetap membuka peluang untuk melakukan kerja sama dengan mitra Internasional lainnya, dengan mengedepankan asas kesetaraan dan tetap diupayakan adanya transfer teknologi.
Dengan demikian, Indonesia bukan hanya menjadi tempat untuk uji klinis pengembangan vaksin dari luar negeri, melainkan ikut serta terlibat dalam mengembangkan vaksin bersama-sama.
Baca juga: Daya menular SARS-CoV-2 lebih tinggi 20 kali dibanding SARS
Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2020