Vaksin ekperimental ChAdOx1 nCoV-19 merupakan satu dari 19 calon vaksin global yang sedang diuji klinis pada manusia dalam perlombaan upaya penemuan vaksin untuk menghentikan pandemi, yang hingga kini telah menelan lebih dari setengah juta korban jiwa.
Vaksin itu juga sedang diuji di Brazil oleh ilmuwan Universitas Oxford, yang bekerja sama dengan produsen obat Inggris AstraZeneca dalam pengembangan sekaligus produksi.
"Vaksin dapat dikomersialkan secepatnya awal tahun depan," kata Shabir Madhi, profesor vaksinologi di Universitas Witwatersrand yang mengepalai uji coba di Afrika Selatan.
"Namun itu semua bergantung pada hasil uji klinis," kata Madhi, menambahkan bahwa dari 19 calon vaksin yang sedang dilakukan uji klinis, hasil paling positif adalah jika bahkan dua dari 19 vaksin itu berhasil.
Baca juga: India setujui uji klinis untuk kandidat kedua vaksin COVID-19
Baca juga: Abbott datangkan alat tes identifikasi untuk antibodi COVID-19
Uji coba vaksin akan bergantung pada 2.000 relawan berusia 18-65 tahun yang akan diawasi selama 12 bulan setelah vaksinasi untuk menilai efektivitas.
Namun, Madhi mengatakan hasil awal dapat dilihat pada November atau Desember.
"Waktu untuk mengetahui keefektifan bergantung pada kapan kami memiliki sekitar 42 kasus COVID-19 setidaknya satu bulan setelah vaksinasi," lanjutnya.
Kasus COVID-19 di Afrika mencapai setengah juta pada Rabu, dengan hampir 12.000 kematian.
Madhi mengatakan pemerintah harus melakukan pemesanan di muka untuk calon vaksin.
Pabrik-pabrik Afrika belum memproduksi satu vaksin pun dalam 25 tahun terakhir, pungkas Madhi.
Sumber: Reuters
Baca juga: Perusahaan China: Hasil uji calon vaksin corona menjanjikan
Baca juga: Lembaga Eijkman: Pengembangan vaksin COVID-19 berjalan sesuai jadwal
Pewarta: Asri Mayang Sari
Editor: Yuni Arisandy Sinaga
Copyright © ANTARA 2020