Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyakini digitalisasi proses bisnis yang digabungkan dengan industrialisasi di beberapa sektor mempercepat pemulihan ekonomi setelah pandemi COVID-19 sehingga mampu tumbuh lebih kuat, inklusif, seimbang, dan berkelanjutan.Pandemi ini menimbulkan momentum reformasi struktural dan ekonomi, peningkatan keahlian, mengubah metode bisnis offline ke online, serta menguatkan digitalisasi aktivitas ekonomi dan sosial
"Pandemi ini menimbulkan momentum reformasi struktural dan ekonomi, peningkatan keahlian, mengubah metode bisnis offline ke online, serta menguatkan digitalisasi aktivitas ekonomi dan sosial," katanya dalam Webinar Launch of Eurocham Position Papers 2020 di Jakarta, Selasa.
Pemerintah, kata dia, akan terus mengharmonisasi kebijakan fiskal dan moneter untuk menciptakan permintaan dan mendukung kelanjutan bisnis sebagai komitmen dalam pemulihan ekonomi nasional.
Menko Airlangga menjelaskan selama pandemi, perusahaan yang mengedepankan teknologi digital dan beroperasi dalam bidang pembayaran digital, logistik, kesehatan, teknologi informasi dan edukasi yang menjadi pemenang.
Untuk bisnis yang luar sektor digital, ada beberapa sektor yang mencatatkan pertumbuhan positif, yakni rokok, batu bara, makanan pokok, farmasi dan kesehatan, serta minyak nabati.
Sementara itu, sektor usaha yang terpaksa harus menelan pil pahit akibat pandemi COVID-19 adalah sektor pariwisata, jasa tidak esensial dan lainnya.
"Kita harus memastikan sektor pemenang itu terus bertahan, sedangkan sektor yang sangat terkena imbasnya harus diberi perhatian penuh supaya dapat kembali beraktivitas, mempekerjakan kembali dan mengembalikan daya beli masyarakat," katanya.
Dalam laporan Bank Dunia bertajuk Global Economic Report pada Juni 2020, diketahui bahwa penyebaran COVID-19 yang berkelanjutan dan tak dapat dicegah menimbulkan pengaruh ekonomi pada semua level, global, regional dan nasional.
Pertumbuhan ekonomi global diprediksi terkoreksi cukup signifikan sampai menyentuh angka minus 5,2 persen dan di Asia Pasifik pun diproyeksikan mengalami penurunan tajam mencapai 0,5 persen.
Ketika rantai pasok membaik di masa depan, meskipun bertahap, maka pertumbuhan global diharapkan naik menjadi 6,6 persen, imbuhnya.
Untuk Indonesia sendiri, lanjut dia, dikarenakan negara ini juga termasuk pemain dalam ekonomi global, maka juga terpengaruh dengan pertumbuhan ekonomi diproyeksikan menurun cukup signifikan dari 5 persen pada 2019 menjadi 0 persen pada akhir tahun ini.
"Tetapi, dengan kebijakan yang tepat, kami diproyeksikan akan tumbuh 4,8 persen tahun depan dan 6 persen di tahun selanjutnya," katanya.
Dalam kesempatan itu, Menko Airlangga memaparkan mulai awal Juni 2020, Indonesia secara bertahap memasuki masa adaptasi kebiasaan baru di masa pandemi COVID-19.
Keputusan ini diambil pemerintah setelah mempertimbangkan matang-matang karena tidak mau mengorbankan mata pencaharian rakyatnya.
Pemerintah ingin menciptakan keseimbangan antara kesehatan dan ekonomi, karena kedua hal ini ibarat dua sisi mata uang.
"Sebab, pembukaan kembali kegiatan ekonomi akan membantu banyak perusahaan yang selama beberapa bulan terakhir harus menanggung beban operasionalnya, dengan mengurangi gaji karyawan, memutus hubungan kerja, dan mereduksi aset," ujarnya.
Baca juga: Menko Airlangga: UMKM jadi prioritas utama dalam pemulihan ekonomi
Baca juga: KPK: Perbaikan program Kartu Prakerja atas permintaan Menko Airlangga
Baca juga: Selama pandemi COVID-19, sebanyak 301.115 UMKM beralih ke digital
Pewarta: Dewa Ketut Sudiarta Wiguna
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2020