"Fosil tengkorak Homo Erectus tersebut ditemukan oleh Dr. Yahdi Yaim, peneliti geologi Institut Teknologi Bandung (ITB) pada 1979," kata Ketua FKPSP, Suprapto, di Kudus, Minggu.
Ia mengatakan, hasil temuan fosil tengkorak manusia purba tersebut berupa sebuah gigi pra-geraham bawah dan tujuh pecahan tengkorak manusia.
"Keberadaan fosil manusia purba tersebut memang belum bisa dipastikan, mengingat di Museum Geologi tidak ada. Tetapi kami akan berupaya melacak dengan mencari informasi melalui penemunya," katanya.
FKPSP bersama Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemkab Kudus mencoba mendapatkan informasi keberadaan tengkorak kepala itu di Museum Geologi Bandung itu.
"Ternyata, saat ini sudah tidak ada di museum, meskipun sebuah gigi pra-geraham bawah dan tujuh pecahan tengkorak manusia purba tersebut telah direkonstruksi dan menjadi tengkorak kepala manusia purba," katanya.
Ia mengatakan, akan berupaya melacak dan mengumpulkan sejumlah informasi keberadaan tengkorak Homo Erectus tersebut agar bisa disimpan di Kudus karena temuan tersebut dapat mengangkat nama Situs Patiayam.
Selain itu, katanya, kehadiran fosil Homo Erectus tersebut juga menambah koleksi temuan fosil hewan dan manusia purba lainnya.
Sebelumnya, katanya, telah ditemukan 1.238 fosil purba yang terdiri atas 12 jenis.
"Untuk mendapatkan fosil dalam bentuk aslinya memang sulit, tetapi kami akan berupaya meskipun nantinya mendapatkan dalam bentuk replika," katanya.
Meskipun sedang berupaya untuk membawa fosil purba itu kembali ke Kudus, namun ia mengakui bahwa Pemkab belum memiliki tempat khusus untuk menyimpan temuan berbagai benda purbakala tersebut.
Kepala Seksi Sejarah dan Kepurbakalaan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemkab Kudus, Sancaka Dwi Supani, mengatakan, hingga sekarang memang Pemkab belum memiliki tempat penyimpanan berbagai benda purbakala secara representatif.
"Seharusnya upaya mendapatkan tempat penyimpanan benda-benda purbakala lebih diprioritaskan dibandingkan harus mengupayakan keberadaan benda purbakala yang belum diketahui," katanya.
Tanpa tempat yang representatif terlebih dahulu, katanya, keberadaan benda-benda purbakala itu dikhawatirkan mudah rusak karena tidak tahan terhadap suhu udara yang tidak teratur.
"Perawatan benda-benda purbakala tidak mudah. Selain dibutuhkan tempat khusus juga dibutuhkan temperatur udara yang teratur," katanya.
Temuan lainnya di Situs Patiayam yakni sejumlah tulang belulang binatang purba seperti Stegodon Trigono Chepalus dan Elephas sp (sejenis gajah purba), Cervus Zwaani dan Cervus Lydekkeri Martin (sejenis rusa), Rhinoceros Sondaicus (badak), Sus Brachygnatus Dubris (babi), Felis sp (macan), Bos Bubalus Palaeoharabau (kerbau), Bos Banteng Paleosondicus (banteng), dan Crocodilus sp (buaya).
(*)
Pewarta: rusla
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2009