Gempa dengan episenter di darat pada kedalaman 10 kilometer di koordinat 1,85 LU dan 117,39 BT, sekitar 36 kilometer arah barat daya Tanjung Redeb tersebut getarannya dirasakan di beberapa bagian Kabupaten Berau.
Berdasarkan laporan masyarakat, gempa dirasakan di Tanjung Redep, Teluk Bayur, dan Labanan di Kabupaten Berau pada skala intensitas II-III MMI, terasa seperti ada truk berlalu dan menyebabkan benda-benda ringan yang digantung bergoyang.
Namun belum ada laporan mengenai kerusakan yang terjadi akibat gempa tersebut.
Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono dalam keterangan pers BMKG menjelaskan, Sesar Mangkalihat merupakan salah satu sesar aktif yang patut diwaspadai di Kalimantan.
Menurut hasil kajian Pusat Studi Gempa Nasional (PUSGEN) pada 2017, ia menjelaskan, Sesar Mangkalihat termasuk sesar aktif yang memiliki magnitudo tertarget mencapai 7,0 dengan laju pergeseran 0,5 milimeter per tahun.
Berdasarkan skenario model guncangan, gempa dengan magnitudo 7,0 dengan sumber gempa Sesar Mangkalihat dengan episenter berada pada kedalaman 10 kilometer bisa menimbulkan dampak signifikan di beberapa wilayah.
Wilayah Balikpapan dapat terdampak guncangan dengan intensitas III-IV MMI dan wilayah Samarinda dapat terdampak guncangan gempa dengan intensitas V MMI.
Gempa dengan intensitas getaran pada skala IV MMI dirasakan oleh beberapa orang serta menyebabkan jendela/pintu berderik dan dinding berbunyi. Pada skala V MMI, guncangan gempa dirasakan oleh hampir semua penduduk, menyebabkan barang-barang terpelanting, dan menggoyang tiang-tiang dan benda besar.
Daerah yang berada dekat sumber gempa bermagnitudo 7,0 yang terjadi akibat aktivitas Sesar Mangkalihat dapat mengalami guncangan dengan skala intensitas VII sampai VIII MMI.
Pada skala VII MMI, guncangan gempa membuat orang keluar rumah, menimbulkan kerusakan ringan pada rumah-rumah dengan konstruksi baik, dan menimbulkan keretakan bangunan dengan konstruksi buruk. Guncangan gempa pada skala VIII MMI menimbulkan kerusakan ringan pada bangunan dengan konstruksi kuat, keretakan pada bangunan dengan konstruksi kurang baik, dan bisa merobohkan cerobong dan dan monumen.
Secara geologi dan tektonik, di wilayah Provinsi Kalimatan Timur ada tiga struktur sesar sumber gempa yaitu Sesar Maratua, Sesar Mangkalihat, dan Sesar Paternoster.
Menurut hasil monitoring kegempaan yang dilakukan BMKG, Sesar Maratua dan Sesar Mangkalihat di wilayah Kabupaten Berau dan Kabupaten Kutai Timur masih aktif.
BMKG mencatat setidaknya ada tujuh gempa signifikan yang terjadi di wilayah Kalimantan Timur dan berkaitan dengan aktivitas sesar aktif, salah satunya gempa dan tsunami Sangkulirang pada 14 Mei 1921.
Gempa Sangkulirang menimbulkan guncangan dengan intensitas VII-VIII MMI dan memicu tsunami yang mengakibatkan kerusakan di sepanjang pantai dan muara sungai di Sangkulirang.
Selanjutnya ada gempa dengan magnitudo 5,7 di Tanjung Mangkalihat pada16 November 1964, gempa dengan magnitudo 5,1 di Kutai Timur pada 4 Juni 1982, gempa bermagnitudo 5,1 di Muarabulan (Kutai Timur) pada 31 Juli 1983, gempa berkekuatan M 5,4 di Mangkalihat pada 16 Juni 2000, gempa dengan magnitudo M 5,4 di Tanjungredep pada 31 Januari 2006, dan gempa berkekuatan M 5,3 di Muaralasan, Berau, pada 24 Februari 2007.
"Gempa Berau yang terjadi tadi pagi menarik untuk dicermati. Kita dapat diambil pelajaran bahwa catatan gempa signifikan tersebut di atas dapat mengalami pengulangan karena sifat gempa yang memiliki periode ulang," demikian Daryono.
Baca juga:
Gempa magnitudo 5,2 getarkan Yogyakarta
BNPB imbau warga waspada erupsi Merapi setelah dua kejadian gempa
Pewarta: Desi Purnamawati
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2020