"Peran tokoh agama sangat dibutuhkan untuk meningkatkan partisipasi pemilih," ucap Ketua FKUB Sulteng Prof Dr KH Zainal Abidin MAg di Palu, Kamis.
Prof Zainal Abidin mengatakan tokoh agama perlu membangun atau membentuk persepsi umat tentang pemilu atau pilkada, khususnya mengenai urgensi pemilu dan signifikansi partisipasinya dalam pemilu.
Prof Zainal Abidin yang merupakan Guru Besar Pemikiran Islam Modern mengemukakan teologi pemilu dan urgensi pemilu menempatkan pemilihan umum menjadi salah satu bagian dari proses demokrasi dalam menentukan figur yang akan diberi amanah untuk memimpin umat.
Maka kajian teologisnya harus berpijak pada pentingnya kehadiran pemimpin dalam suatu masyarakat, katanya.
Baca juga: Wapres ingatkan peran tokoh agama tanggulangi COVID-19
Dalam Islam, ia mencontohkan posisi pemimpin sangat fundamental, bahkan Alquran menempatkannya di urutan ketiga untuk ditaati, setelah Allah dan Rasulnya.
"Peran tokoh agama adalah bagaimana memberi pencerahan pada umat bahwa memilih pemimpin adalah bagian dari 'ibadah', dan demokrasi adalah manifestasi dari perintah 'musyawarah' dalam konteks masyarakat modern saat ini. Pijakan teologis dari dua hal ini sangat banyak dalam Alquran dan hadis, maupun dalam kitab-kitab suci agama lain," ujarnya.
Terkait dengan peningkatan partisipasi pemilih, Prof Zainal mengemukakan sebaiknya pendekatan yang digunakan oleh para tokoh agama bukan pendekatan hitam-putih (halal-haram), tetapi pendekatan moral-filosofis tentang tanggung jawab sosial.
Dia menguraikan, dalam ajaran Islam, misalnya setiap individu adalah khalifah Tuhan yang memikul amanah mewujudkan kemakmuran di muka bumi.
Baca juga: Bawaslu Bali minta masukan tokoh adat-agama soal pengawasan pilkada
Hal ini menunjukkan bahwa setiap hamba sebenarnya memiliki tanggung jawab untuk berpartisipasi dalam proses pengambilan kebijakan, yang terkait dengan kemaslahatan umat, pemilu adalah salah satu sarana untuk mewujudkan tanggung jawab tersebut.
"Pemilu adalah wadah untuk mewujudkan kedaulatan rakyat (para khalifah Tuhan), sehingga John Esposito, menyebut demokrasi yang berbasis teologi semacam ini dengan istilah theo-demokrasi (perwujudan kedaulatan Tuhan melalui khalifah-Nya (manusia/rakyat)," sebut dia.
Dia menambahkan, di tengah wabah pandemi COVID-19, situasi psikologis masyarakat Indonesia sangat sensitif, terutama karena persoalan ekonomi.
Oleh karena itu dibutuhkan pendekatan-pendekatan yang lebih bijak dan manusiawi guna mendorong partisipasi umat dalam memberikan suaranya pada pemilu mendatang.
"Di sinilah peran utama para tokoh agama sangat dibutuhkan, agar proses demokrasi ini dapat dilalui dengan harmonis, dan dapat melahirkan pemimpin yang amanah," kata Prof Zainal Abidin.
Baca juga: Tokoh agama ajak umat jaga persatuan saat Pilkada Kalteng
Pewarta: Muhammad Hajiji
Editor: Joko Susilo
Copyright © ANTARA 2020