Ternyata hunian baik apartemen maupun rumah masih menjadi incaran masyarakat terutama dari kalangan milenial.
Tidak mengherankan kantor pemasaran beberapa klaster perumahan di Jabodetabek tidak pernah sepi dari kunjungan calon pembeli. Beberapa memang sekedar mencari informasi, namun banyak juga yang langsung melakukan pemesanan.
Seperti salah satu klaster di Karawaci Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, hunian yang menyasar segmen menengah ini, ramai diserbu calon pembeli. Dalam hitungan jam, sebanyak 324 unit yang akan dibangun sudah habis dipesan pembeli.
Direktur Eksekutif Indonesia Property Watch (IPW) Ali Tranghanda mengatakan minat masyarakat untuk membeli rumah khususnya untuk rumah menengah ke bawah tidak akan surut meskipun wabah COVID-19 di Indonesia masih merebak.
Masyarakat membeli rumah tidak sekedar untuk dihuni, justru ekonomi tumbuh di saat wabah seperti sekarang berawal dari rumah. Banyak bisnis berkembang saat ini justru dari rumah.
Itulah yang membuat rumah-rumah terutama di Jabodetabek diserbu pembeli. Hunian yang dicari syaratnya tidak hanya strategis tetapi juga mudah diakses bagi penyedia jasa ekspedisi maupun transportasi daring.
Ali mengatakan beberapa pengembang sangat jeli dalam membaca ceruk pasar dengan meluncurkan produk segmen menengah. Hasilnya seperti dilihat beberapa pengembang yang huniannya laris dibeli, bahkan ada yang kelebihan permintaan.
Selama ini ceruk pasar untuk hunian bagi segmen menengah memang terbatas pasokannya. Sebagian besar pengembang di Jabodetabek bermain di segmen atas atau bawah, sedangkan rumah untuk segmen menengah sejauh ini masih terbatas.
Rumah dengan rentang harga di atas Rp300 juta sampai Rp500 juta saat ini memang dicari pembeli. Hal ini selain angsuran tidak terlalu berat terutama bagi pasangan muda, namun mereka juga mendapat rumah dengan fasilitas yang biasanya sudah lengkap.
Di masa pandemi, kata dia, bukan berarti masyarakat tidak berminat untuk membeli properti atau daya beli masyarakat turun. Namun pada masa-masa sebelumnya masyarakat masih menunggu situasi kondusif.
Selain itu tren saat ini, banyak masyarakat memilih untuk membeli rumah di bawah Rp1 miliar. Ali optimistis produk bagi segmen menengah tetap bakal diserbu oleh konsumen.
"Sudah pasti akan diserbu pembeli karena segmen itu yang sedang ditunggu pasar," katanya.
Baca juga: Pengembang nilai pasar hunian di Jakarta dan sekitar prospektif
Bertahan
Ketua Umum DPP Real Estate Indonesia (REI) Totok Lusida menilai, fenomena larisnya penjualan hunian kelas menengah atas tersebut menunjukkan bahwa industri properti nasional mampu bertahan di masa pandemi.
Hunian di bawah Rp1 miliar sekarang memang penjualannya sedang bagus. Karena itu dia berharap pengembang perumahan saat ini untuk jeli membaca pasar.
Di yengah wabah seperti ini butuh riset yang matang sebelum mengembangkan kawasan.
Fenomena hunian yang laris dibeli konsumen menunjukkan bahwa industri properti lebih memiliki kekuatan di tengah wabah COVID-19 dibandingkan sektor lainnya.
Totok menyampaikan apresiasi bagi anggota REI yang pada masa pandemi ini terus membangun sebagai upaya memenuhi kebutuhan masyarakat akan tempat tinggal.
Sedangkan CEO Property Excellent & Advisory F. Rach Suherman menilai, langkah pengembang yang memberikan kemudahan cara bayar kepada konsumen merupakan langkah maju.
Menurut dia, di tengah kondisi sekarang memang membutuhkan inovasi agar rumah yang dipasarkan segera terjual. Angsuran terjangkau menjadi salah satu kuncinya.
Segmen menengah saat ini merupakan pasar yang potensial mengingat masyarakat di segmen ini sebelumnya menahan melakukan pembelian hunian.
Menurut Suherman dengan adanya pengembang yang membangun rumah sesuai permintaan konsumen tentunya akan membuat pasar semakin dinamis dan berpotensi untuk kembali bergairah.
Baca juga: Sarana Jaya promosikan empat hunian di Jabodetabek
Pilihan
CEO PT Lippo Karawaci, Tbk, John Riady mengatakan, kunci keberhasilan menggaet pembeli rumah di tengah wabah seperti sekarang adalah lokasi. Kemudian yang juga harus diperhatikan pasar yang bakal dituju.
John mengatakan sebagai pengembang di kawasan Karawaci Kabupaten Tangerang maka pasar yang dituju adalah kalangan milenial dengan berbagai fasilitas dan kemudahan pembayaran para pembeli bakal tertarik.
Hampir 50 persen pembeli di klaster Cendana Lippo Karawaci merupakan milenial yang menunjukkan segmen ini masih memiliki daya beli di tengah wabah seperti sekarang.
John juga menyampaikan agar tidak membebani masyarakat yang akan membeli hunian di klaster yang memang ditujukan bagi segmen menengah itu maka fasilitas pembiayaan konsumen menjadi solusinya.
Terkait hal itu, pengembang harus bisa menyediakan berbagai alternatif pembiayaan dengan menggandeng bank penyalur kredit pemilikan rumah. Hal itu karena untuk membeli hunian memang membutuhkan pembiayaan jangka panjang menyesuaikan kemampuan konsumen.
Membeli rumah memang membutuhkan perencanaan matang sehingga besaran penghasilan menjadi salah satu pertimbangan rumah seperti apa yang akan dibeli.
Dengan kondisi wabah sekarang memang banyak masyarakat yang penghasilannya mengalami penurunan, namun generasi milenial atau dikenal dengan generasi gawai paham betul memanfaatkan teknologi agar bisa mendatangkan penghasilan tambahan.
Kebijakan pemerintah yang mengharuskan masyarakat lebih banyak bekerja dari rumah membuat inovasi dan kreativitas dibutuhkan untuk membangun bisnis skala rumahan. Ini yang membuat masyarakat kini banyak membeli hunian sebagai salah satunya adalah untuk merintis usaha.
Tentunya kita mengingat beberapa pengusaha sukses yang mengawali bisnisnya justru dari garasi rumah. Sertifikat kepemilikan rumah juga dapat diagunkan apabila saat ini tengah membutuhkan modal kerja, tentunya harus dengan pertimbangan yang matang.
Hal seperti ini bisa menjadi jawaban atas fenomena penjualan rumah di tengah wabah seperti sekarang. Meski ada pandemi, penjualan rumah masih laris diminati masyarakat.
Baca juga: Perumnas-KAI kerja sama bangun hunian di stasiun
Pewarta: Ganet Dirgantara
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2020