• Beranda
  • Berita
  • Menteri minta inovasi substitusi impor dan teknologi jadi perhatian

Menteri minta inovasi substitusi impor dan teknologi jadi perhatian

17 Juli 2020 13:27 WIB
Menteri minta inovasi substitusi impor dan teknologi jadi perhatian
Menristek/Kepala BRIN Bambang Brodjonegoro dalam konferensi pers di Graha BNPB, Jakarta pada Rabu (24/6/2020). ANTARA/Prisca Triferna/am.
Menteri Riset dan Teknologi (Menristek)/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Bambang PS Brodjonegoro menekankan empat poin termasuk substitusi impor dan teknologi masa depan yang harus diperhatikan oleh para peneliti dan akademisi untuk pengembangan riset dan inovasi di Tanah Air.

"Kita bisa menghasilkan produk inovasi yang bisa kita banggakan," ujar Menristek Bambang dalam acara Penyerahan Simbolis Dana Prioritas Riset Nasional (PRN) kepada Lembaga Penerima Insentif yang ditayangkan secara virtual, Jakarta, Jumat.

Empat poin atau area yang harus dipahami dalam melakukan riset dan pengembangan ke depan adalah menghasilkan teknologi tepat guna, peningkatan nilai tambah dan hilirisasi, substitusi impor dan peningkatan komponen dalam negeri (TKDN), serta penguasaan teknologi masa depan (frontier technology).

Empat poin itu juga yang harus masuk dalam kerangka berpikir para peneliti dan akademisi dalam melakukan riset dan pengembangan sebagai Prioritas Riset Nasional (PRN) 2020-2024.

Baca juga: Pemerintah danai 305 riset dalam Prioritas Riset Nasional 2020-2024

Baca juga: Komisi IX DPR dorong penelitian vaksin COVID-19


"Kita ingin pengembangan riset dan inovasi itu menghasilkan teknologi yang tepat guna karena bagaimanapun masyarakat kita yang jumlahnya besar banyak tinggal di pedesaan, di daerah yang tidak mudah dijangkau kadang-kadang ini membutuhkan teknologi tepat guna agar kehidupan mereka menjadi lebih baik," ujar Menristek Bambang.

Tapi, kata Menristek Bambang, yang paling penting adalah masyarakat bisa mengakses teknologi tepat guna tersebut.

Menristek Bambang menuturkan riset dan inovasi harus juga bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah khususnya untuk sumber daya alam seperti di perkebunan dan tambang, sehingga Indonesia bisa menjadi pengekspor barang jadi dan barang olahan.

Dia tidak ingin Indonesia hanya sekadar menjadi pengekspor bahan mentah.

"Sudah saatnya Indonesia meningkatkan posisinya sebagai pengekspor barang jadi, barang olahan dan bahkan hasil inovasi yang berbasis sumber daya alam," tuturnya.

Menristek Bambang menuturkan substitusi impor dan peningkatan TKDN yang selalu ditekankan Presiden Joko Widodo akhir-akhir ini memang adalah upaya untuk lebih menstabilkan perekonomian.

Itu merupakan upaya untuk menjaga Indonesia agar tidak mudah terganggu dengan perubahan dari neraca transaksi berjalan. Oleh karena itu, ketergantungan terhadap impor harus dikurangi, dan solusinya harus datang dari bangsa Indonesia yaitu dengan substitusi impor dan peningkatan lokal konten yang tentunya tidak mengurangi kualitas barang atau jasa yang diberikan.

"Kita tetap harus memperkuat teknologinya dan harus selalu berupaya agar akhirnya orang Indonesia secara alamiah dan secara tulus mendukung upaya untuk penggunaan produksi dalam negeri," ujarnya.

Dia menuturkan dalam revolusi industri 4.0, para peneliti juga harus selalu mengadopsi teknologi masa depan atau teknologi yang terkini.

"Jangan sampai kita selalu tertinggal dalam teknologi dan akhirnya hanya menjadi konsumen dari teknologi itu sendiri," ujarnya.*

Baca juga: Pemerintah didesak rancang litbang kemandirian obat

Baca juga: Riset dosen IPB terkait sidat masuk prioritas riset nasional

Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2020